Kamis, 10 November 2011

Ma'e - Waktu Dulu dan Sekarang

16 Mei 2008

        Dulu saya sering melihat banyak orang yang makan disini sampai saya sering tak dapat tempat atau kehabisan nasi bungkus. Sekarang kalau saya kesanapun, nasinya juga pasti tinggal sedikit.. namun bedanya sekarang adalah memang hanya ada beberapa nasi yang tersaji karena tak terlalu banyak pembeli..

        "Ya cuman ini yang bisa dijual, tak ada modal lagi buat beli nasi bungkus, paling banyak cuman 10"
        Kata Ma'e mengharu mengomentari kedatangan saya.

        Ma'e, begitulah saya memanggilnya, sudah 2 tahunan ini ia dan warung sederhananya berjasa besar untuk menjadi tempat kumpul saya dan teman-teman SMA sehabis pulang sekolah dulu. Makanya meski saya sekarang sudah kuliahpun, kadang kami masih suka kumpul disana.

        Ironisnya, tempat yang dulu menjadi salah satu yang paling syarat kenangan itu sekarang lebih banyak mengisyaratkan keharuan. Di tempat sekecil itu, seperempat bagian warung dijadikan kamar untuk tidur ma'e dan ketiga orang cucunya yang masih kecil, mereka ditinggal ibunya yang menjadi TKW di Malaysia, sedangkan ayahnya saya tak pernah tahu..

        "Sekarang banyak anak sekolah yang datang tapi cuman sekedar nongkrong, ga beli, makanya kalau mereka datang langsung tak suruh pindah tempat lain"
cerita Ma'e suatu ketika, saat saya baru saja mengambil tempat duduk dan meraih sendok dan satu nasi bungkus.

        Pernah juga cerita Ma'e membuat saya terenyuh.. tapi saya hanya bisa menunduk, lebih sering ceritanya membuat saya ingin berteriak "cukup!". tapi biasanya saya langsung mengarahkan pembicaraan dengan menanyakan teman lain yang datang kesini. Saya tak mau mendengar ia bercerita tentang kesedihan dan biasanya ia akan sedikit bahagia kalau bercerita tentang teman-teman lain yang datang minggu ini, dan sayapun lebih senang begitu.

        Dulu saya jajan karena saya memang ingin makan, sekarang saya seperti tak sanggup...  kadang saya hanya ambil 1 bungkus dengan gorengan dan es teh.. selanjutnya saya bayar Rp, 5.000 dengan berpura-pura ambil banyak.

        Saya tahu mungkin Rp, 5.000 itu tak banyak membantu warung Ma'e agar bisa seperti dulu lagi.
Tapi setidaknya, saya akan melihat wajah Ma'e dan cucu paling kecilnya tersenyum dan sedikit bahagia untuk mengantar perjalanan saya pulang seperti tahun-tahun lalu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Salurkan Cemoohan Anda