Sabtu, 28 Desember 2013

Selintas Renungan #1


Aku suka melihat pemandangan dari kamar atas, kadang kalau emosinya ketangkap, aku merasakan sebuah hari yang baru disana, sebuah keindahan yang sempurna untuk menjalani sebuah hari dengan penuh suka cita dan rasa syukur yang dalam.

Kadang aku bertanya nikmat apa lagi yang aku cari, selalu aku bandingkan apa yang aku punya dengan orang lain, orang-orang di sekitarku, tetanggaku, apakah mereka melihat keindahan yang sama.. dengan segala perbedaan yang Tuhan berikan, apakah mereka mampu merasakan keindahan yang sama...

Aku tak tahu jawaban mereka, namun aku punya jawaban sendiri atas pertanyaan itu, kebahagian atas keindahan bagiku tak bisa diukur dengan satu kenyamanan, seperti aku yang bisa merasa begitu lega ketika bangun dari tidur dan menemui diriku berada di bawah jembatan tol, diatas truk yang berdebu, namun aku merasa bahagia,

Aku merasa damai melihat tembok jalan layang itu berderu meski waktu telah melewati masa-masa manusia terjaga, aku bahagia, buatku bahagia itu kadang sesuatu yang berada di luar isi kepala, nonsens, bukan tidak mungkin aku akan menemukannya dalam ruang penjara, atau dalam suasana dilanda banjir tsunami yang melululantahkan tanah dan harus mengungsi di penampungan, rasa bahagia mungkin saja terjadi dan terjalin disana.

Rasa bahagia itu terjadi atau dibuat sendiri aku tak tahu, tapi aku percaya, sesungguhnya aku hanya perlu membuka mata, karena mereka ada dimana-mana, ya di sekitarku mereka ada.

Minggu, 08 Desember 2013

Menahan Perih, Luka Yang Paling Dalam


Pernahkah kalian para pria jalan ke mall, car free day, atau apapun deh yang banyak cewek-cewek nye... dan mata kalian terasa termanjakan namun akhirnya hanya berakhir dengan menelan ludah karena tak satupun tangan dari mereka bertautan bergandengan mesra dengan tangan kalian....  Nyesek ye pastinye...

Namun percaya atau tidak bagi saya hal lebih nyesek adalah ketika pergi ke toko buku, banyak buku bagus, berseri lagi, dwilogi, trilogi bahkan sampai tujuh-logi.. namun budget yang ada di dompet cuma 60 rebu, hasil nabung (lebih tepatnya menyisihkan uang) selama sebulan ...

Ach!!! Menahan perih, luka yang paling dalam, itulah yang sering saya rasakan sehabis mengunjungi toko buku, namun keyakinan saya masih berkata buku itu ndak mahal, buku itu bisa terbeli, hanya saja sepertinya masih terlalu banyak pengeluaran tak penting yang menjadikan budget beli buku bisa terpangkas sampai ke level rendah seperti ini.





Sabtu, 07 Desember 2013

Dua Ribu Untuk Buku


Dua ribu untuk buku, sebuah program yang sudah saya lakukan sekitar 5 bulanan yang lalu, namun belum berjalan secara sempurna, dalam artian.. sempat beberapa kali macet, bahkan saya ingat hanya sekitar 2 yang berjalan.

Tapi memang benar sih program 2 ribu sehari untuk buku ini sebenarnya cukup efektif, sebab dari sana kita dalam satu bulan bisa membeli buku dengan harga 60 ribu-an, silakan saja memilih buku yang mana, bahkan bila sedang ada pameran mungkin bisa memilih buku yang murah jadi 60 ribu bisa dapat banyak, tapi jika memang dalam bulan yang bersangkutan sedang nihil pameran, boleh juga untuk membeli buku reguler dengan harga mahal, bahkan bisa jadi kalau sedang ada pameran uang sisa yang tidak terpakai karena harga buku yang murah bisa dialokasikan untuk budget tambahan beli buku reguler bulan berikutnnya.

2 ribu untuk buku merupakan program untuk mereka yang kurang duit untuk beli buku, program ini sangat gampang dilakukan, namun bagi yang sudah punya penghasilan cukup, tentu program semacam ini nggak perlu dilakukan sebab untuk uang beli buku saya yakin mereka ada sendiri tanpa perlu menabung seperti ini.

Buku itu perlu, buku itu ndak mahal, setidaknya bila kita cukup membeli buku sebulan sekali, buat yang maniak buku dimana HAMPIR TIAP MINGGU beli buku jelas akan merasa buku itu mahal, tapi kalau sebulan sekali baru beli ya ndak to.. la wong dari 2 ribu perhari saja kita bisa beli kok.. dimana letak mahalnya???