Sabtu, 22 Februari 2014

To The East.. To The East..


Bagi orang Solo yang hobi bersepeda, tentu belum lengkap rasanya bila belum mencoba untuk mengencangkan kaki memancal pedal sampai ke Tawangmangu, jalanan naik ke gunung yang cukup menyebalkan itu sudah saya takhlukan dengan sepeda federal jadul saya beberapa bulan yang lalu.

Eh saya tidak merasa supeeer sih, sebab untuk kesana saya membutuhkan waktu sampai 6 jam.. dengan dibalut rasa pesimis atas tanjakan sing ra uwis-uwis, serta memilih tidur dulu di tengah jalan, saya memang tidak terlihat perkasa, tapi sudahlah, toh yang penting saya bisa sampai sana.

Perjalanan diawali saat saya memantapkan diri berangkat dari rumah sekitar pukul 6 pagi, menyusuri jalanan Palur ke Karanganyar, disini perjalanan santai saja, pedal baru terasa mulai berat setelah melewati hik gaulnya Pak Mul...

Namun saya baru memutuskan berhenti sejenak di Terminal Karangpandan, capek siih, sudah itu ya lanjut lagi, nanjak lagi, berhenti lagi di persimpangan menuju Kemuning untuk beli air minum. Saking capeknya sempat hati ingin menswitch direction ke tempat ini, (pssst.. saya adalah wong Solo yang belum pernah ketempat wisata sini) tapi sayang ah.. akhirnya lanjut naik lagi..

Nah setelah memutuskan lanjut inilah konsentrasi saya buyar, jalanan nanjak mulu, kaki saya pegal, napas ngos-ngosan, selanjutnya bisa ditebak baru menggowes pedal sepuluh meteran saya berhenti... begitu terus berulang-ulang... capeeek bener..

(beginilah cara saya beristirahat, pit'e selehke mak bruuukkk langsung ndeprok..)

Kepenatan atas tanjakan mencapai puncaknya saat saya dipertemukan dengan sebuah bangku panjang di sebuah bengkel yang tutup, disitulah saya menghabiskan waktu, tak tanggung-tanggung satu setengah jam-an saya tertidur, pulas dan semi pulas, nikmatnya jangan ditanya.. udara pegunungan yang cukup dingin, riuhnya dedaunan yang tertampar angin saat badan penat gini... bayangkanlah sendiri dan rasakan nikmat Tuhan mana yang kau dustakan.

Setelah itu ya tak ada pilihan lain, teruskan naik, tenaga saya yang sudah di recharge saat tidur rupanya mampu menakhlukan sisa tanjakan, syukurlah bisa sampai Tawangmangu. Maka masuklah saya kesana saat jam menunjukkan lewat 12 siang. Ah tapi maaf sekali yah, Tawangmangu yang dulu jauh lebih indah dari yang sekarang, selain udara dingin yang sudah berkurang, si Grojogan Sewu juga nampak tak semegah dulu... kenapa ya... kenapa.. kenapa..

Btw ada yang lucu menggelitik seputar Tawangangu, selain singkatan salah kaprah masyarakat yang terlanjur menyingkat Tawangmangu sebagai "Te-We"... harusnya yang bener"Te-eM" kaaann? Yaitu dulu ketika kiper Solo FC Alex Vrteski yang notabene asal Australia bertanya dalam twiternya "guys besok gue ke tawangmangu nih, apakah gue perlu jaket, sebab katanya disana dingin" lalu banyaklah yang merespon dia memang perlu pakai jaket.. akhirnya ya bisa ditebak, tuh jaket sama si bule cuma diiketin di leher, nggak kepake wong disana nggak dingin-dingin amat bagi wong lokal, apalagi bule..

Vrteski si bule kecele', jebul tawangmangu ra adem babar blassss... (sumber foto: mbuh ko ngendi lali)

Oke.. kembali lagi ke cerita saya, akhirnya saya cuma disitu sejam-an aja, sebab saya sebeeeel melihat mereka-mereka yang tampak mesra memadu kasih sambil bermain air... bikin irii aje bisanye. Dan yang namanya orang Indonesia, peraturan dibuat untuk dilanggar kaan...

 
(udah asik bermesraan di tempat umum, batas area pengunjung puun ditrabas, lalalalala..)

Sayapun pulang, dan tentu saja ada yang menanti saya selanjutnya.. tanjakan berupa tangga di sepanjang pintu keluar... lumayaaan.. meski ditemani sajian tingkah polah para monyet yang hampir semuanya berbadan subur, tanjakan keluar ini cukup melelahkan..

(alaahh.. baru juga 1250 anak tangga, saya kesini naik sepeda tauuu.. batin saya dongkol)

Setelah keluar dari wisata grojogan sewu saya boleh bernapas lega.. sebab perjalanan pulang tinggal duduk manis saja.. tapi awas untuk turunan yang dirasa curam lebih baik sepeda di tuntun, bahayaa..  akhirnya saya sampai rumah jam 4 sore dong, saya capek sekali, dan pada malam harinya... badan saya meriang, tubuh saya panas, kepala pusing seperti masuk angin...susah sekali untuk tidur... dan malam itu saya kapok gowes ke Tawamangu lagi... hahahaha dasar amatir!!!




Sabtu, 15 Februari 2014

Jenuh


Terlalu banyak hal yang bisa dilakukan sehingga membuat satu hal lain menjadi gampang untuk ditinggalkan, dilupakan, seperti aku yang sudah beberapa hari ini tak lagi merindui *** ****** terlalu dalam, ada sebuah jeda, bahkan keengganan untuk terus melakukan hal yang sama, seperti aku yang sudah mulai bosan menjelajahi sudut kota dengan sepeda roda dua itu.

Kemudian sesuatu kan berubah, dan kita tak melihat lain sesuau yang indah sebagaimana dulu mestinya, seperti *** **** yang wajahnya menemui luka, keindahan yang sejenak terlihat sirna, tapi ada juga rasa suka cita huru-hara, atas sebuah rindu yang bertemu dengan pelukan, seperti aku yang kembali menginjak tanah Manahan, dingin, beku namun hangat akan suasana.

Beruntung bagi mereka yang tak kenal kata jenuh, terus setia meski hal selalu saja terlihat sama, aku bukanlah manusia yang seperti itu, kadang kutemui rasa bosan di hatiku, melihat sesuatu yang kusukai secara berlebihan dan menerus pun akan menggerus keinginanku. 

Pada suatu masa sesuatu harus berhenti, atau dilupakan, sebagian untuk waktu yang sejenak, selebihnya adalah untuk selamanya.

Jenuh... adalah penyebabnya.



Sabtu, 01 Februari 2014

Masa Adalah Rahasia, dan Aku Mengaguminya


1.910.000 itulah jumlah harga yang harus dibayar untuk membeli seperangkat kamera saku pada tahun 2008, entah kenapa jaman dulu uang begitu gampang sekali didapat keluarga kami, bukannya tidak bersyukur, dulu sama sekarang memang lain... saya ingat bagaimana dulu ayah sering ngajak kami makan di luar, pokoknya udah kaya orang "turah duit" saja, sekarang jarang bahkan nggak pernah..

Aku sendiri nggak nganggep itu penting, bagiku makan diluar dan segala "kemewahan" jaman dulu itu biasa aja... aku bersyukur atas apa yang Allah berikan pada keluarga kami saat-saat dahulu, aku tak kalah bersyukur atas apa yang Dia berikan pada masa sekarang, sebuah masa yang kalau dibanding dahulu tentu terlihat sulit. Namun come on.. apa yang kami alami masih lebih baik daripada jutaan manusia di luar sana.. entahlah.. 

Aku menyukai dinamika, aku menyukai sebuah perubahan, masa adalah rahasia, dan aku mengaguminya.