Sabtu, 31 Agustus 2013

#catatandiet #1


OCD nya Deddy Corbuzier sangatlah ekstrim, entahlah mau nyoba atau tidak, bagi saya otot-otot yang keluar dari tubuh itu kelainan, maksud saya.. ketika berbadan gemuk, orang akan cenderung melihat dan menjadi perhatian, begitu pula ketika orang berotot, akan jadi pusat perhatian juga.

Dan saya tidak mau dua-duanya.

Tujuan diet adalah mengecilkan perut, tidak terpikir untuk membentuknya sedemikian rupa agar menjadi pack-pack-an, pun dengan otot yang terbentuk pada lengan, dada, punggung..

Demikianlah, Tuhan.. semoga diet ini tidak kebablasan.


Jumat, 30 Agustus 2013

Wahai Kau Burung Dalam Sangkar, Sungguh Nasibmu Malang Benar



Burung dalam sangkar begitu nampak berarti bagi Mas Karyo yang diperankan Basuki dalam sinetron si Doel, Bagas, Arip dan Triyoko tetangga rumah, pun juga Ayah saya beberapa waktu lalu. Ya, beberapa waktu lalu sebelum peristiwa naas menimpa makhluk Tuhan (paling?) berisik tersebut, hingga Alhamdulillah sampai saat ini keberadaan mereka lenyap nyap dari muka rumah kami.

Ah, sebenarnya kisah ini hanya akan menguak luka lama saya selaku tersangka, namun saya akan ceritakan, semoga ada pelajaran yang terpetik disana.

Jadi begini..

Alkisah pada dahulu kala, rumah saya dipenuhi berbagai kandang mungil lengkap dengan berbagai macam makhluk berbulu sebagai penghuninya. Situasinya hiruk pikuk, terutama pada pagi hari suasana bakal mirip mahasiswa yang berebut mandi di kos-kosan. Begitulah akibat ritual ayah saya dengan berbagai macam burungnya yang berebut ingin dikasih makan, minum, dan dibersihkan kotoran kandangnya duluan. Sungguh berisik di telinga.

Jangan ditanya jenis burungnya apa aja, sebab saya nggak tahu dan nggak pernah mau tahu, tapi yang pasti nggak gitu terkenal dan cuma bisa berbunyi "citcitcuit.. citcitcuit" "Ceeerr...ceeerrr" "kraaakk..kraakk.." dan sejenisnya, pokoknya ndak ada yang easy listening, melodinya ancur kalah sama erangan dan rintihan tikus clurut yang menghuni atap kamar saya.

"Rise up this morning, smiled with the rising sun, three little birds, pitch by my door step, singing sweet songs.. of melodies pure and true, saying, this is my message to you uu.."

Jiaahh.. sangking kacaunya, lagu Bob Marley pun bakal terdengar nggak asik disenandungkan seabis mandi pagi kalo ingat yang meranin "3 little birdsnya" burung-burung peliharaan ayah saya.

Kebayang kan betapa kemudian burung-burung tersebut jadi public enemy bagi kami sekeluarga, kecuali ayah saya tentunya. Dan dibelakang Ayah, kami satu persatu melakukan testimoni kebencian terhadap grup burung manja tapi nggak ada manis-manisnya tersebut.

*****

Singkat ceita,
Tuntutan pekerjaan yang membuat Ayah saya merantau ke luar kota selama seminggu, membuat tugas "zoo keeper" diserahkan kepada saya. Ngasih makan, minum dan membersihkan kotoran adalah rutinitas yang waktu itu harus saya jalankan, awalnya sih berlangsung aman, meski ndak sepenuh ati juga sih nglakuinnya :p

Hingga pada satu hari,,,

Awaydays tiba!! Saya nonton bola ke Semarang berangkat dari Solo pukul 9 pagi, dan pulang jam setengah 9 malam. Tim pujaan saya kalah, dan naasnya sampai rumah Adik saya alih-alih memberi motivasi "Tetap cemunguud Kaka!!" dia malah nyelutuk "La iki len wonge teko.."

Saya yang kelelahan dan masih dalam keadaan motorlag, tak mengindahkan seruan tersebut.

"Kin, manuk'e mati.." kata Ibu saya kemudian,

"Huh?" kata saya masih nggak ngerti,

"Manuk'e sing ning dhuwur mati siji, mau lali mbok pakani mesti?" Kata Ibu saya setengah menuduh, tapi memang bener sih tuduhannya.

Serentak ingatan saya kembali ke pagi itu, dimana saya antusias sekali ingin nonton bola sampai lupa merawat burung peliharaan tersebut. Si burung mati.. diduga karena doi dehidrasi, rasa bersalah saya terbayang saat itu, semakin nyesek saat saya membayangkan betapa tersiksanya doi sebelum mati, siang itu memang panas sekali, saya perjalanan ke Semarang aja habis berliter-liter minuman dan doi di kandangnya, menanti setetes air yang tak kunjung tiba, dari tangan majikan lalai dan zalim macam saya, hingga doi meregang nyawa.. oh...



Rest In Piece Little Fellow

Astagfirullah.. sungguh aku tak bermaksud begitu, kumohon engkau tahu itu, burung suaramu memang tak special bagiku, tapi kau lucu, terkenang saat kayu lidi yang kujulurkan kau gigit-gigit erat dengan paruhmu, bodoh sekali..tapi lucu, aku sungguh terhibur kala itu, satu gambarmu-pun sempat terbidik kameraku, kau nampak gagah meski berubah ilfil kalo dengar kicauanmu, tapi kini yang tersisa cuma pilu, teman-temanmu yang selamat semua pergi dari rumahku, kini mereka diasuh mas Kibi yang lebih tahu, lebih perhatian dan punya ilmu perburungan ini dan itu, burung maafkan aku, kuharap kau kini bisa terbang bebas dengan sayapmu, finally free disana, di taman surga, disisi Rab yang menciptakanmu. Selamat jalan..

*Dan semoga nggak ada lagi generasi penerusmu di rumahku. Aamiiiin. :D








Senin, 26 Agustus 2013

Ganang Bilang Otak Saya Mampet!


Ganang adalah partner saya dalam gowes sepeda di hari minggu, karena dia hanya pakai folding bike sedang saya menunggangi federal, jadi kami tidak bisa gowes terlalu jauh. Namun biar begitu pemuda yang waktu main bola dulu terkenal dengan kaki keras bak kuda itu memang punya endurance yang cukup gila.

Nah kemarin saat sepeda federal jadul saya sekrup pedalnya copot-copot mulu dan musti dikencangkan dengan kunci setiap jalan satu kilo, Ganang nih yang mengusulkan agar melilitkan tali sebelum dikencangkan, sebuah trik lama namun kok ya selama ini nggak kepikiran oleh saya. Trik ini memang berhasil, pedal jadi kenceng dan gowes jadi lancar jaya, sebagai imbalannya pada sebuah jalan yang lempeng dia saya tinggal jauuh sekali di belakang.. sapa suruh naik sepeda lipat Nang..nang?

Ganang memang tak secara gamblang bilang otak saya mampet! namun yah saya menyadarinya sendiri, bahwa dalam keadaan kalut yang ada hanya kekesalan dan emosi, saat itu pikiran jadi kacau, dulu sering ketika pedal mau copot saya uring-uringan, menyalahkan sepeda butut itu, bahkan membantingnya di depan nenek-nenek yang cuma melongo menyaksikan tindak kekerasan tersebut, ndak kepikiran deh untuk mencoba trik simple melilitkan tali.

****

Semua orang, saya katakan sekali lagi SEMUA ORANG! bisa kacau loh saat emosi telah memuncak, dan berujung pada tindakan yang aneh-aneh. Well kita bisa sih menyalahkan tindakannya, tapi jangan benci dan mencaci maki orangnya donk.. apalagi menjudge pribadi orang itu hanya dari satu tindakan konyol ketika dia sedang kacau?? Oh no! Siapa yang ngajarin? orangtua loe?!!

Dalam kasus ini marilah kita menjadi Ganang, ketika seseorang tertimpa musibah ya kita jangan datang ke TKP lalu ikut memojokkan, menggoblok-goblokan, mengolok-olok, mengatakan bejat moralnya dan lain-lain.. Kasihan keluarganya man...

Menjadi ganang, seharusnya kita ada disana dan memberi solusi, memegang bahunya erat-erat dan menguatkannya, kalaupun tidak ada solusi ya mending diam saja, teruslah berlalu nggak usah mampir dan malah menambah beban orang yang sedang susah.

Wokey akhirnya...saya cuma ingin nitip pesan..

Pak Hermansyah, jangan lelah jangan menyerah jangan dulu pensiun ah, tetap latih kiper-kiper muda Indonesia yah...
Tak selamanya sebuah gawang akan terus dibombardir lawan, yang sabar dan tabah Pak!
Bibit-bibit muda membutuhkan polesan tangan Bapak!

if people throw you a bad ball.. pick the ball up and kick back at them Sir, we've got yer back!


Sabtu, 24 Agustus 2013

Yes, I've Got Your Back!


Kemanakah sirnanya nurani embun pagi 
Yang biasanya ramah kini membakar hati? 
Apakah bila terlanjur salahakan tetap dianggap salah?
Tak ada waktu lagi benahi diri 
Tak ada tempat lagi untuk kembali

(Ebiet G Ade - Kalian Dengarkan Keluhanku)


Hari-hari ini agak syok dengan kabar yang menimpa sosok hebat diluar sana, diluar dugaan memang, sangat diluar dugaan.. Dan kasusnya saat ini semakin meruncing saja.

Dan seperti biasa, karena satu tingkah negatifnya beliau jadi bahan olok-olokan, orang seperti tak mau tahu apa penyebab ia melakukan hal itu, dan yang paling penting orang lupa apa yang pernah dilakukannya jauh beberapa tahun lalu. Status tersohor berubah jadi orang paling minor, paling pantas disalahkan dan jadi bahan tertawaan.

Apakah harus seperti itu? apakah setiap kesalahan harus dihukum dengan caci maki? tiadakah hal lain yang lebih baik untuk sosok yang telah memperlihatkan dosanya? Agar jalan hidupnya jadi lebih baik di hari berikutnya? Kenapa masyarakat hoby sekali membully? Seakan-akan hal yang serupa tak mungkin mereka kan ikuti.

Ah sudahlah, bagi saya dan mungkin penggemar di luar sana.
Dia tetap legenda! dan yang mencemooh pun sama, tetap bukan apa-apa

As long as you don't do that oftently Sir.. YES, I'VE GOT YOUR BACK!






Jumat, 02 Agustus 2013

Ngglasar, Njlungup



Entah berapa kali dalam seumur hidup ini saya mengalami solo accident saat naik sepeda, tapi yang teringat dan membekas dalam ingatan di kepala sih 3, ya tiga!

Pertama adalah jaman saya masih SD, di sebuah jalan menurun di kampung tangan saya tak mampu mengendalikan rem, alhasil sepeda saya berbenturan keras dengan cor-coran sebuah taman mini, tanpa Indonesia Indah. Dari tabrakan tersebut cor-coran taman tetangga desa yang terbuat dari semen itu krowak sekitar 10 centi, pun dengan gigi saya yang samapai kaget dan keluar dari singgasananya.

Kedua adalah saat OVJ datang ke Solo, saya memang tidak nonton tapi pada saat itu saya sedang bersepeda ria melewati jalan Slamet Riyadi tempat digelarnya acara, jalanan yang licin karena gerimis membuat ban sepeda selip diantara rel sepur klutuk yang membentang di sepanjang pinggir jalan utama kota tersebut. Badan tidak sakit memang tapi hati ini sakiiittt sekali menyadari orang-orang disekeliling tak ada yang mau mengulurkan tangan, seketika itu saya merasa bagai topeng monyet yang habis melakukan aksi jumpalitan dan mereka hanya menatap dengan nanar, tanpa memberi uang, tanpa memberi pisang.

Yang ketiga baru kemaren ini terjadi, rupanya sepeda saya ini agak alergi dengan rel kereta api, kali ini tkp-nya rel yang saya kira masih saudaraan sama rel bengkong sepur klutuk, tepatnya di persimpangan kereta api Purwosari. Disitulah saya melakukan aksi menakjubkan, tak ada topan tak ada badai tubuh gempal saya terhuyung-huyung dan akhirnya jatuh menggelegar. Sepatu kanan saya sampai copot, alhamdulillah mobil mulus di sebelah ndak jadi tergores stang sepeda butut saya (dont get me wrong biar butut saya suka) Alhamdulillah lagi kali ini ada yang nulungin saya, dan syukur alhamdulillah ketiga badan saya ndak papa, meski malam kemudian pada dua rakaat tarawih pertama saya terpaksa harus cabut karena dengkul kiri saya linu kalau buat sujud.

Ngglasar, njlungup, saat bersepeda bisa terjadi kapan saja dimana saja.. tapi jangan pernah kapok bersentuhan dengan stang, pedal dan sedel.. karena bersepeda itu asyik punya.. apalagi saat istirahat karena lelah dan ngos-ngosan.. uhmm.. rasanya tiada taraaaaa......