Rabu, 06 Agustus 2014

Tulisan Yang Sangat Diary Sekali - Tawar Buku


Hari ini aku beli buku di kios buku bekas dan bajakan di sekitaran alun-alun utara kota Solo. 2 Buku yang kubeli adalah buku tipis, yaitu petualangan Jon Koplo seri 1 dari solopos dan komik P-Project si Lender seri 1. Keduanya dibanderol 13.500 sama si ibu penjual dan aku cuma nawar 10.000, tanpa perlawanan alot si ibu langsung menyetujui harga tsb. Betapa masih dangkalnya ilmu tawar-menawarku.

Aku pikir 2 buku itu bisa dihargai lebih murah, mungkin sekitar 5 ribu, atau 7 ribu saja. Ada perasaan kecewa, namun agak terbantahkan ketika sampai rumah search di internet harga 2 buku tersebut, ternyata salah seorang membanderol 50 ribu untuk Komik P Project dan 8 ribu untuk Jon Koplo. Jadi harga 10 ribu untuk buku itu sebenarnya ngambang antara mahal dan tidak mahal, tergantung dari sudut mana aku melihatnya.





Selasa, 05 Agustus 2014

60 Tahun Keatas Itu.......


60 tahun adalah usia yang bisa dibilang tidak muda namun bukan lansia, kakek-kakek tapi bukan aki-aki bau tanah, tampan dan berpengalaman tapi bukan untuk diperebutkan.

60 tahun adalah masa dimana waktu lebih banyak dihabiskan dengan orang-orang tercinta, istri, anak, cucu. dan barangkali orangtua jika masih ada.

Di usia yang lebih dari setengah abad itu, saya yakin pikiran dan hati akan lebih tercurah dan mendekat kepada Tuhan dan keluarga. kecuali jika sejak muda penganut alay dan belum mau sembuh ketika tua. pasti masih suka ribut ndak jelas dengan anak-anak tetangga.

Di usia yang baru menginjak seperempat abad, sebenarnya saya ogah atau males berpikir tentang when I'm 60, toh usia saya saat ini lebih dekat ke sixteen daripada sixty, tapi boleh juga sih untuk sekedar menerka-nerka, berharap-harap, apa yang saya inginkan ketika masa itu datang.

Setelah menimbang-nimbang ada empat hal yang menjadi keinginan saya ketika turning 60, SBPK-B bukanlah kepanjangan dari Surat Buku Pemilik Kendaraan Bermotor. Tapi Sehat, Bahagia, Produktif, dan Kaya-Berbagi. adalah buah dari perenungan saya itu, berikut penjabarannya.

S... Sehat
Sehat menjadi hal yang paling saya idam-idamkan ketika tua, untuk itulah saya menempatkannya di urutan pertama. Alasannya simple saja semua hal yang saya punyai tak akan bisa dinikmati jika fisik sakit-sakitan, dan semua keinginan juga pasti berat dilakukan jika kesehatan meragukan. Selain itu kesehatan itu urusan bersama, tak ada yang namanya orang sakit ditanggung sendiri, minimal keluarga musti ikut menyantuni, merawat atau mengobati. Saya tidak mau jadi kakek yang menyusahkan saya mau sehat.

B... Bahagia
Bahagia menjadi nomor dua setelah kesehatan. Ketika berumur 60, saya tidak mau jadi kakek galau yang berteman dengan nenek gayung, nongkrong di pinggir kolam panti sambil ngobrol sama ikan koki, ogah! ketika tua saya ingin bahagia bukan dianggap gila. Lagipula kadar kebahagiaan buat orang yang sudah tua itu sederhana sebenarnya, tidak perlu gadget model terbaru, fashion paling ngetren dan sebagainya. Kebahagiaan para orang tua itu klise yaitu waktu yang berkualitas dengan orang-orang tercinta, keluarga, istri anak cucu menantu, dan pembantu #eh abaikanyangterakhir.

P... Produktif
Produktif adalah berkenaan dengan sesuatu yang menghasilkan, ketika usia menginjak 60 saya ingin tidak berhenti melakukan dan menghasilkan sesuatu dari hal yang saya senangi. Perkiraan saya pada usia tersebut saya akan sudah matang membuat tulisan, kalaupun luput saya harus sudah paham cara mengambil gambar dengan kamera, atau menghasilkan lagu dari irama dan istrument yang saya mainkan.

K-B... Kaya-Berbagi
Kaya adalah hal muthlak yang pasti dimiliki oleh seorang berumur 60 keatas, jikalau tidak diukur dengan harta, pasti seorang senior akan kaya pengalaman. Ketika saya berumur 60 saya akan kaya, dan hanya dengan kekayaan saya dapat berbagi dengan orang lain, berbagi harta jika kaya harta, berbagi ilmu jika kaya pengalaman, berbagi apa saja dari yang dipunya. Ya, dari kata kaya sebenarnya berkait kata berbagi. Kaya untuk berbagi bukan untuk dinikmati sendiri.


Lalu bagaimana cara menggapai keinginan tersebut.. Berikut penjelasan singkat yang tentu saja hanya akan berguna jika dipraktekkan ditekuni sungguh-sungguh semenjak sekarang.

1. Untuk sehat dimasa tua musti dimulai dari menjaga kesehatan semenjak muda, rutin olahraga dan menjaga pola makan.

2. Untuk menemukan kebahagiaan ketika tua ya harus mempunyai hubungan yang harmonis kepada setiap orang semasa muda, membuka jaringan, bersikap yang sopan dan jangan sekali-kali berniat cari musuh.

3. Untuk tetap produktif ini juga harus dijadikan kebiasaan, harus rajin memotivasi diri sendiri, menentukan ribuan target dan selalu berusaha memecahkannya.

4. Untuk menjadi kaya perlu kerja keras dan keteguhan sikap, untuk berbagi perlu kebesaran dan kerendahan hati.


Pada akhirnya ternyata menjadi tua bukan hanya perandai-andaian saja, melainkan sesuatu yang harus mulai dipikirkan dan direncanakan sejak usiaku sekarang ini. Road to sixty, harapan sekaligus pembuktian atas segala tantangan bagiku dalam menjalani waktu di dunia sebagai manusia.

35 tahun dari sekarang, saya ingin tetap rutin berolahraga lari-lari kecil atau bersepeda setiap pagi, menikmati kebahagiaan bersama keluarga besar, produktif dalam berkarya minimal untuk diri sendiri, dan tidak lelah untuk berbagi dari apapun "kekayaan" yang saya miliki.




credit untuk five for fighting atas lagu 100 year dalam membuat artikel ini. :)

Minggu, 27 Juli 2014

Aku Tak Merasakan Makna


"......bukan karena aku dewasa, tapi memang jaman yang sudah berubah, suatu saat nanti, moment malam idul fitri bisa jadi sudah hilang, lenyap, orang sibuk akan dunia dan tekhnologi, mungkin jalanan akan penuh, mall akan penuh, tempat-tempat hiburan yang akan penuh, tak ada yang peduli dengan masjid, tak ada yang mau menyentuh mic untuk bertakbir, hanya suara dari kaset atau cd yang diputar, orang sibuk memanjakan diri dengan hal yang tidak ada hubungan dengan moment idul fitri, terserah mereka saja, kalau memang jaman sudah berubah mau diapain lagi, aku rindu suasana idul fitri seperti dulu, ah iya bulan puasa juga sudah berubah demikian rupa, lihatlah satu bulan itu berlalu seperti orang kencing saja, cepat, tak ada kesan, karena esensi sudah terabaikan, tersaingi, dengan bermacam hal dan tekhnologi, ya sudah terserah, ini malam idul fitri, besok hari raya lebaran, tapi hey.. aku tak merasakan apa-apa, aku tak merasakan makna."

Dikutip dari diary Catatan Akhir Ramadhan.


Rabu, 16 Juli 2014

UNSERE KLASSENFAHRT NACH JOGJAKARTA


1. Die Öffnung

Letzten Samstag am 3 Februar 2007, wir hatten eine Aktivität. Wir hatten eine Klassenfahrt nach Jogjakarta. Circa um 6.30 Uhr wir waren in der Schule. Unser Schulleiter Drs. H.M Thoyibun SH. M.M. öffnete die Aktivität. Und dann haben wir zusammen gebetet. Circa um 7.00 Uhr wir begannen die Klassenfahrt. Wir gingen mit zwei büsen dort. Zuerst ist Bus für XII Sprache 1 und zweiter Bus für XII Sprache 2 ist. Wir waren im ersten Bus mit anderen Freunden und unseren Lehrern. Sie sind Herr Kosim, unser Deutsch Lehrer, Herr Wuryanto unser Geschichte Lehrer und Herr Agus ist auch unser Deutsch Lehrer. Wir sind in eine Gruppe, das Mitgleider unserer Gruppe sind Lukas, Niko und Trang. Trang brachte seine Digitale Kamera. Im Bus hatten wir viel Spaß. Lukas saß neben Trang und Niko saß neben dem anderen Freund, Yanuar. Wir waren sehr fröhlich. Wir sangen Lieder, horten Musik zu und spielten Gittare.

(lukas und trang qolik)

(meda, arumi und trang)

2. Erstes Reiseziel, Jogjakarta Palast

Unterwegs nach unser erste Resiseziel, Jogjakarta Palast, eine Person unserer Gruppe Niko, war krank. er hat kopfweh. Aber er war gut als wir in Jogjakarta ankamen. So circa um 9.00 Uhr wir haben in Jogyakarta Palast angekommen. Jogjakarta Palast ist gut, der Platz ist breit und sauber. Dort konnten wir die Kultur von Jogjakarta sehen, wie traditionelle Kunst, Malerei, altes Erbe, und Geschichte über den Jogjakarta Palast. Und machten wir auch Foto mit Freunden und unseren Lehrern. Leider sahen wir nicht so viele Touristen dort. Vielleicht war es noch morgen als wir in Jogjakarta Palast waren. Dann sind wir nach den Bus zurückgegangen, und wir gingen unsere Reise weiter. Unser zweite Reiseziel war Borobudur Tempel, es liegt in Magelang. 






3. Zweites Reiseziel, Borobudur Tempel

Der zweite Reiseziel war Borobudur Tempel. Borobudur ist der größte und der schönste Tempel in der Welt. Bevor wir dort gingen, aßen wir zu Mittag in einem Restaurant zusammen. Dort irgendein Schüler einige Fotos machten. Und dann beteten wir zusammen mit unseren Lehrern, danach gingen wir die Reise zum Borobudur Tempel weiter. Wir kamen an Borobudur um 2.00 Nachmittags an. Zum glück! Das Wetter war nicht so heiß. Dort machten wir irgendein Foto von uns. Und wir mußten zahlen, um das Bild im Gegend des Tempels erlaubt zu machen. Aber es ist nicht teuer, wir müssen nur Rp 1000,00 zahlen, für die Kamera. Dort konnten wir so viel Touristen treffen und konnten unser Englisch üben. Leider sahen wir keinen Deutschen dort. Enttäuschte, aber das macht nichts. Wir hatten ein Gespräch mit jeden Touristen.


So er ist Herr William, er kommt aus Holland, Norden Holland
Er liebt Indonesien weil seine Frau hier wohnt.
Er sagte, daß indonesische Kultur gut ist, und die Studenten sind sehr nett.
Er machte nicht ängstlich mit dem Terroristen in Indonesien.
So möchte er nach Bali gehen, nachdem er Jogjakarta besichtigte.
Er wird in Indonesien für über 22 Tage bleiben,
und dann wird er nach Holland zurückfahren.



Und er ist Herr Aath, Bruder von Herr William,
Er hat Flores besucht und er will nach Bali fahren.
Er sagt Borobudur ist interresant, die Landschaft ist schön,
und die Leute sind sehr nett.


Und die Landschaft von Borobudur Tempel ist auch so schön. Aber wir hatten Pech, es gab Regen, und wir musten zum Bus bald zurückgehen. Es war lustig, weil wir nicht finden konnten, wo das parkend Gebiet für den Bus ist. Und dann beteten wir in einer Moschee zusammen. nach dem liefen wir in den Regen, und schließlich konnten wir finden wo ist das parkend Gebiet für den Bus.







3. Drittes Reiseziel, Malioboro

Der letzte Reiseziel natürlich Malioboro, wir gingen nach Jojakarta zurück, es war noch Regen. Das Regen war nicht zu ende, aber nicht so stark. So gingen wir die Malioboro Straße entlang. Zwei Personen in unserer Gruppe (Lukas und Niko) gingen mit Herr Wuryanto, er ist unser Geschichte Lehrer. Sogar kauften wir nichts, außer Lukas nur kaufte eine Halskette, es war angenehm. Herr Wuryanto erzählte uns von der Geschichte vom Markt und den anderen Gebäuden. Und dann beteten wir zusammen.


4. Nach Solo zurückgegangen

Circa um 7.00 Abend, sind wir nach Solo zurückgegangen. Wir aßen zu Abend in einem Restaurant wieder. Grafika Restaurant. Und dann gingen wir weiter, nach Solo zurück. Unterwegs wir hatten eine gute Zeit, Zusammengehörigkeit, die wir im Bus tanzen, sangen Lieder mit Herr Kosim. Wir sangen so laut und so viel Spaß.
Ja, es war sehr guter Moment .

Wir kamen in Solo um 9.30 Abend an. Wir sind sehr sehr müde, aber das macht nichts. Wir hatten eine gute Zeit mit Freunden und Lehrern. Und bekamen wir so viele Erfahrungen auch.

Danke für alles. Es war eine gute Klassenfahrt, wunderbarer Moment, und wir können es nicht vergessen.



Senin, 07 Juli 2014

Garuda Didadaku, Mencintai Indonesia Lewat Sepakbola.


Kebanggaan akan negara kita tercinta bisa dicerminkan dari berbagai hal. Diantaranya dari keindahan tanah air yang menjadi objek pariwisata, dari aneka ragam dan keunikan budaya dan masyarakatnya, tokoh-tokoh yang tersohor dan telah dikenal dunia, dan bagi saya, saya masih menyimpan harapan besar Indonesia bisa menjadi kebanggaan lewat olahraga sepakbola. Ya sepakbola!

Olahraga paling populer sejagat raya dan menarik perhatian kaum adam maupun hawa. Sepakbola menyatukan umat manusia, dari berbagai suku, agama, ras apapun bisa saling bahagia dan tertawa bersama, dari kalangan elit sampai rakyat jelata bisa berkumpul jadi satu membaur dalam suasana., berandai-andai bahwa timnas kita akan segera angkat piala, atau sejenak membayangkan sang Garuda dengan gagah melakoni partai piala dunia.

Namun kenyataanya jalan menuju kesana ternyata sungguh tidaklah mudah, orang selalu berkata sepakbola kita payah, timnas kita selalu kalah, sepakbola olahraga minim prestasi, dan masyarakat banyak yang sudah terlanjur pesimis dan bahkan antipati.

Olahraga ini selalu dalam tekanan, dengan harapan yang besar dan berita di media yang sungguh memprihatinkan, Petinggi organisasi rusuh suporter saling bunuh, sepakbola Indonesia seperti berada di titik nadir. Seperti berada di tepi jurang yang tinggal didorong sedikit langsung meluncur menuju titik akhir. Pernah sepakbola Indonesia koma terancam mati, sudah prestasi tak ada, malah sangsi FIFA menanti.

Diantara kekosongan, dan duka konflik berkepanjangan kemudian titik balik itu entah datangnya dari mana,.

Ialah Timnas U19, yang juga dijuluki sebagai Garuda Jaya datang membawa arti. Anak asuh Indra Sjafri sedang menata diri untuk membawa Indonesia menjadi sebuah kebanggaan melalui sepakbola yang sarat prestasi.

Juara piala AFF U19 di akhir tahun lalu menjadi awal kebangkitan anak negeri, kemudian disusul lolos piala Asia yang akan dihelat tahun ini. Dan jika bisa masuk 4 besar mereka akan otomatis lolos menjadi peserta piala dunia usia dibawah 20. Sungguh membanggakan, luar biasa sepakbola Indonesia mulai menunjukkan jalan menuju perbaikan.

Tapi bukankah jalan menuju kesana akan dipenuhi tanjakan berbatu? Tentu!

Dari luar dan dalam timnas kemungkinan akan didera berbagai cobaan. Diantaranya:

1. Godaan dari pihak-pihak yang bergerak di luar lingkup olahraga yang sengaja ingin intervensi,
2. Bisa juga dari punggawa timnas yang terlalu cepat berpuas diri,
3. Dan yang penting bagi suporter yang selalu menekan dan berharap terlalu tinggi pun bisa menjadi beban tersendiri.

Memang tidak mudah namun biar bagaimanapun layar sudah terlanjur mengembang, pantang kembali ke daratan sebelum lautan tertakhlukan. Butuh kerjasama dan pengertian dari berbagai pihak untuk mewujudkan Timnas Indonesia yang mampu mengukir prestasi lebih tinggi lagi.

Tahun ini tahun sepakbola, di setiap kejuaraan dimana Timnas Indonesia akan berlaga, kita semua wajib ikut berpartisipasi mendukungnya.

Ya, meski saya mungkin hanya salah satu titik kecil diantara para suporter, yang hanya bisa berdiri, hanya bisa bernyanyi atau mengucap doa dalam hati, namun semangat ini semoga selalu menyertai mereka para punggawa yang bertempur di lapangan dengan hati.

Karena sejatinya saya yakin dimanapun kita berada, entah berdiri di tribun, entah berlari di lapangan atau dimanapun, sebenarnya kita sedang memerankan peran masing-masing. Saya dan mereka sedang melakukan hal yang sama, berjuang atas nama dan kebanggaan bangsa Indonesia.

Garuda Jaya Prestasi bukanlah mimpi! Saya Cinta Timnas Indonesia, saya bangga menjadi bagian dari kebanggaan bangsa Indonesia melalui sepakbola. Garuda Didadaku!




Sabtu, 22 Februari 2014

To The East.. To The East..


Bagi orang Solo yang hobi bersepeda, tentu belum lengkap rasanya bila belum mencoba untuk mengencangkan kaki memancal pedal sampai ke Tawangmangu, jalanan naik ke gunung yang cukup menyebalkan itu sudah saya takhlukan dengan sepeda federal jadul saya beberapa bulan yang lalu.

Eh saya tidak merasa supeeer sih, sebab untuk kesana saya membutuhkan waktu sampai 6 jam.. dengan dibalut rasa pesimis atas tanjakan sing ra uwis-uwis, serta memilih tidur dulu di tengah jalan, saya memang tidak terlihat perkasa, tapi sudahlah, toh yang penting saya bisa sampai sana.

Perjalanan diawali saat saya memantapkan diri berangkat dari rumah sekitar pukul 6 pagi, menyusuri jalanan Palur ke Karanganyar, disini perjalanan santai saja, pedal baru terasa mulai berat setelah melewati hik gaulnya Pak Mul...

Namun saya baru memutuskan berhenti sejenak di Terminal Karangpandan, capek siih, sudah itu ya lanjut lagi, nanjak lagi, berhenti lagi di persimpangan menuju Kemuning untuk beli air minum. Saking capeknya sempat hati ingin menswitch direction ke tempat ini, (pssst.. saya adalah wong Solo yang belum pernah ketempat wisata sini) tapi sayang ah.. akhirnya lanjut naik lagi..

Nah setelah memutuskan lanjut inilah konsentrasi saya buyar, jalanan nanjak mulu, kaki saya pegal, napas ngos-ngosan, selanjutnya bisa ditebak baru menggowes pedal sepuluh meteran saya berhenti... begitu terus berulang-ulang... capeeek bener..

(beginilah cara saya beristirahat, pit'e selehke mak bruuukkk langsung ndeprok..)

Kepenatan atas tanjakan mencapai puncaknya saat saya dipertemukan dengan sebuah bangku panjang di sebuah bengkel yang tutup, disitulah saya menghabiskan waktu, tak tanggung-tanggung satu setengah jam-an saya tertidur, pulas dan semi pulas, nikmatnya jangan ditanya.. udara pegunungan yang cukup dingin, riuhnya dedaunan yang tertampar angin saat badan penat gini... bayangkanlah sendiri dan rasakan nikmat Tuhan mana yang kau dustakan.

Setelah itu ya tak ada pilihan lain, teruskan naik, tenaga saya yang sudah di recharge saat tidur rupanya mampu menakhlukan sisa tanjakan, syukurlah bisa sampai Tawangmangu. Maka masuklah saya kesana saat jam menunjukkan lewat 12 siang. Ah tapi maaf sekali yah, Tawangmangu yang dulu jauh lebih indah dari yang sekarang, selain udara dingin yang sudah berkurang, si Grojogan Sewu juga nampak tak semegah dulu... kenapa ya... kenapa.. kenapa..

Btw ada yang lucu menggelitik seputar Tawangangu, selain singkatan salah kaprah masyarakat yang terlanjur menyingkat Tawangmangu sebagai "Te-We"... harusnya yang bener"Te-eM" kaaann? Yaitu dulu ketika kiper Solo FC Alex Vrteski yang notabene asal Australia bertanya dalam twiternya "guys besok gue ke tawangmangu nih, apakah gue perlu jaket, sebab katanya disana dingin" lalu banyaklah yang merespon dia memang perlu pakai jaket.. akhirnya ya bisa ditebak, tuh jaket sama si bule cuma diiketin di leher, nggak kepake wong disana nggak dingin-dingin amat bagi wong lokal, apalagi bule..

Vrteski si bule kecele', jebul tawangmangu ra adem babar blassss... (sumber foto: mbuh ko ngendi lali)

Oke.. kembali lagi ke cerita saya, akhirnya saya cuma disitu sejam-an aja, sebab saya sebeeeel melihat mereka-mereka yang tampak mesra memadu kasih sambil bermain air... bikin irii aje bisanye. Dan yang namanya orang Indonesia, peraturan dibuat untuk dilanggar kaan...

 
(udah asik bermesraan di tempat umum, batas area pengunjung puun ditrabas, lalalalala..)

Sayapun pulang, dan tentu saja ada yang menanti saya selanjutnya.. tanjakan berupa tangga di sepanjang pintu keluar... lumayaaan.. meski ditemani sajian tingkah polah para monyet yang hampir semuanya berbadan subur, tanjakan keluar ini cukup melelahkan..

(alaahh.. baru juga 1250 anak tangga, saya kesini naik sepeda tauuu.. batin saya dongkol)

Setelah keluar dari wisata grojogan sewu saya boleh bernapas lega.. sebab perjalanan pulang tinggal duduk manis saja.. tapi awas untuk turunan yang dirasa curam lebih baik sepeda di tuntun, bahayaa..  akhirnya saya sampai rumah jam 4 sore dong, saya capek sekali, dan pada malam harinya... badan saya meriang, tubuh saya panas, kepala pusing seperti masuk angin...susah sekali untuk tidur... dan malam itu saya kapok gowes ke Tawamangu lagi... hahahaha dasar amatir!!!




Sabtu, 15 Februari 2014

Jenuh


Terlalu banyak hal yang bisa dilakukan sehingga membuat satu hal lain menjadi gampang untuk ditinggalkan, dilupakan, seperti aku yang sudah beberapa hari ini tak lagi merindui *** ****** terlalu dalam, ada sebuah jeda, bahkan keengganan untuk terus melakukan hal yang sama, seperti aku yang sudah mulai bosan menjelajahi sudut kota dengan sepeda roda dua itu.

Kemudian sesuatu kan berubah, dan kita tak melihat lain sesuau yang indah sebagaimana dulu mestinya, seperti *** **** yang wajahnya menemui luka, keindahan yang sejenak terlihat sirna, tapi ada juga rasa suka cita huru-hara, atas sebuah rindu yang bertemu dengan pelukan, seperti aku yang kembali menginjak tanah Manahan, dingin, beku namun hangat akan suasana.

Beruntung bagi mereka yang tak kenal kata jenuh, terus setia meski hal selalu saja terlihat sama, aku bukanlah manusia yang seperti itu, kadang kutemui rasa bosan di hatiku, melihat sesuatu yang kusukai secara berlebihan dan menerus pun akan menggerus keinginanku. 

Pada suatu masa sesuatu harus berhenti, atau dilupakan, sebagian untuk waktu yang sejenak, selebihnya adalah untuk selamanya.

Jenuh... adalah penyebabnya.



Sabtu, 01 Februari 2014

Masa Adalah Rahasia, dan Aku Mengaguminya


1.910.000 itulah jumlah harga yang harus dibayar untuk membeli seperangkat kamera saku pada tahun 2008, entah kenapa jaman dulu uang begitu gampang sekali didapat keluarga kami, bukannya tidak bersyukur, dulu sama sekarang memang lain... saya ingat bagaimana dulu ayah sering ngajak kami makan di luar, pokoknya udah kaya orang "turah duit" saja, sekarang jarang bahkan nggak pernah..

Aku sendiri nggak nganggep itu penting, bagiku makan diluar dan segala "kemewahan" jaman dulu itu biasa aja... aku bersyukur atas apa yang Allah berikan pada keluarga kami saat-saat dahulu, aku tak kalah bersyukur atas apa yang Dia berikan pada masa sekarang, sebuah masa yang kalau dibanding dahulu tentu terlihat sulit. Namun come on.. apa yang kami alami masih lebih baik daripada jutaan manusia di luar sana.. entahlah.. 

Aku menyukai dinamika, aku menyukai sebuah perubahan, masa adalah rahasia, dan aku mengaguminya.

Sabtu, 25 Januari 2014

Arrrggg Galau! Bola.. Bola.. Mana Bola... !!??


Apa yang lebih asyik untuk dilakukan oleh maniak sepakbola di hari sabtu selain nonton bola tim kesayangan? tidak ada!
Baik yang jomblo atau yang sudah berpasangan seorang maniak bola tak akan lupa akan hari kebesaran yang ditunggu-tunggu tersebut..
Bahkan ada sebuah lagu dari artis luar yang beberapa baitnya berbunyi..

"And when Saturday come
I'm feel allright
Coz I know I'm gonna be there

Saturday come
And I'm feel allright
Saturday come
And I'm feel like singing

Football is life!"


Menggambarkan betapa dahsyatnya hari Sabtu buat para pecinta bola. Apalagi ketika tim yang didukung sedang bagus-bagusnya.. bweehhh.. bawaanya pengen segera nonton mulu... contohnya euforia timnas u-19.

Tapi apa yang terjadi jika pada hari Sabtu tersebut tim yang dibanggakan tidak bertanding..?
Agak kecewa.. dan rindu!

Ya rindu! bukan lebay.. tapi itulah yang dilakukan maniak bola yang sudah menyentuh level "gila".

Ada sebuah anekdot ketika kamu punya kenalan seorang pecinta bola dan di hari Sabtu dia sedang ndepipis di pojokan sambil mrengut.. itu bukan karena dia sedang galau dan rindu karena diputusin pacar, tapi klub kesayangannya nggak maen hari itu.. :D

ilustrasi: galau bola.. pict

Saya pun pernah mengalaminya, suatu hari ketika tim kesayangan diharuskan bermain di hari Minggu, hati ini serasa gundah gulana, walau cuma terpaut satu hari rindu itu terasa begitu menusuk, Sabtu Merindu malam yang sendu, mau pergi keluar juga jadi males, mau mantengin acara tv lain juga ndak asik, nonton live tim lain?? no way law yaw..!!!

Akhirnya cuma bisa galau, pengen muter jarum jam.. pengen cepet ketemu.

Kerinduan akan terjalin sedemikian rupa, sampai malam berakhir, dan penantian baru akan terjawab esok harinya.. saat mata tak berkedip dan hati berdebar-debar menyaksikan tim kesayangan berlaga.. walau cuma dari layar kaca, tapi rindu di hari Sabtu kelabu itu terbayar juga!



Artikel diikutsertakeun dalam kontes Sabtu Merindu nya Pakde Cholik.




Sabtu, 04 Januari 2014

Another Side of Tongkol #1 : Pak Nanang


Saat ini Pak Nanang mungkin tengah terduduk lunglai di kursi kecil, menghadap televisi tua yang kerap mati sendiri dalam hitungan menit, atau mungkin dia sedang duduk mengangkat kaki di bangku panjangnya dan masih terlihat bugar di jam-jam orang harusnya mengatupkan mata seperti ini, jika saya disana dia tak akan pernah sendiri, laki-laki separuh baya itu.. sungguh ada rasa iba ketika melihatnya, namun lupakan, dia adalah orang yang tegar, ya dia mungkin mengeluh tentang pekerjaannya dan terpikir untuk pensiun, namun itu hanya kamuflase atau selingan saja.

Pak Nang begitu saya kadang memanggilnya lebih banyak menyunggingkan senyum, yang tentu membuat hati orang yang melihatnya merasa "lega", Pak Nang memang suka sekali tersenyum, tak pernah juga marah-marah, kadang atau sering saya keki dibuatnya, ketika saya tinggalkan dia di masjid saat kami pulang shalat Jum'at bersama, dia bertanya sambil tersenyum, ketika kami sedang jalan-jalan dan saya tiba-tiba hilang entah kemana, pas ketemu di post dia tersenyum, pas dia ketiduran dan saya bangunkan dia hanya buka mata... lalu tersenyum, dan yang paling saya suka saat saya kembali untuk tidur di truk, lalu dia memanggilku balik ke post untuk menyaksikan siaran bola, di kejauhan dia menyambutku.. tersenyum!

Saya rasa saya menyukainya, usianya terpaut jauh denganku, namun rasa persahabatannya hangat dan mengalir seperti kami ini sebaya. Seperti teman kami saling mentraktir minuman, seperti teman kami saling bertukar pikiran, seperti teman kami saling lempar candaan, namun sebagai orang yang lebih muda sayapun selalu taruh hormat padanya, dan sebagai orang yang lebih tua Pak Nang harus sering-sering ngalah kalau saya sedang manja, kami ini teman yang kadang bisa berubah status jadi paman-keponakan.

Pak Nang bilang dia akan kembali ke kampung halaman di Pandeglang, Pak Nang bilang sebentar lagi dia akan pensiun dan pulang, taukah dia saat dia mengutarakan hal itu, ada bagian hati saya yang kecewa. Saya cuma berharap semoga saya nggak telat, saya baru sampai di tempat ini dan menemukan keasyikan yang membunuh rasa bosan karena ada dia.

Pak Nang, thanks for the kindness, ulah sieun! friends, family, forever!!!