Selasa, 20 Maret 2012

Iwak Peyek Sang Profesor


Dicaci dan dipuja, itulah Arsene Wenger, pelatih "abadi" the gunner Arsenal, Dicaci karena si opa memang tak seproduktif masa "muda" ketika mampu hadirkan trofi demi trofi ke rak lemari meriam London, tapi nihil gelar beberapa tahun belakangan. Dipuja karena keahliannya memadukan pemain "ingusan" "pas-pasan" dan "murahan" namun selalu saja mampu bersaing di papan atas liga yang katanya terbaik dan terketat di dunia sekelas premiership dan bahkan beberapa kali mereka nyaris bisa merengkuh gelar juara dengan peluru-peluru muda tersebut.

Arsene Wenger pria Perancis yang entah mengapa namanya bisa mirip dengan klub yang diasuhnya, musim ini ia kembali mengalami musim penuh warna-warni. Dicerca bak tersangka di awal musim ketika the young guns terseok-seok, dan bahkan sebagian tega memprediksi Arsenal akan degradasi sekaligus menjadi titik akhir karirnya di Arsenal karena kekalahan demi kekalahan memalukan yang diterima timnya, namun 10 partai jelang penghabisan liga, namanya kembali melambung usai membawa Arsenal kembali ke titah top four klub premiership, meski masih saja bersatus nihil gelar sampai akhir musim, bila bisa melampaui musuh bebuyutan spurs di peringkat tiga dan mendapatkan tiket liga champions, fans akan merasa lega.

Bagi fans Arsenal, Arsene Wenger tahun belakangan memang selalu berdiri di atas garis batas cinta dan benci, sungguh jengkel melihat prinsip-nya yang kekeuh membangun tim dengan anak-anak muda di dalamnya, namun jua enggan melepasnya pergi lantaran sederet prestasi yang pernah diberikanya kepada klub dan jiwa cara kepelatihannya yang melekat pada permainan anak-anak Arsenal tak akan terganti. bagi saya sang profesor mungkin terlihat macet memberikan gelar untuk Arsenal beberapa tahun belakangan ini, tapi tak bisa dipungkiri bahwa ia tak pernah macet mengorbitkan talenta-talenta pemain berbakat sekaligus, bahkan kemudian mereka menjadi legenda bagi Arsenal dan pemain papan atas bagi dunia. Sebut saja Henry, Fabregas, Van Persie, dan sederet nama-nama seperti Walcott, Wilshere yang akan menyusul dibelakangnya. Melihat fakta tersebut, jelas sang profesor belum habis, otak dan instingnya masih tajam, bahwa pengharapan akan raihan gelar akan terbayar di musim-musim berikutnya, bukanlah suatu hal yang sia-sia. Profesor hanya butuh sebuah waktu yang tepat.

Angan saya terbang melayang menuju pinggiran bench Arsenal di stadion Emirates, menggelitik membayangkan sang profesor AW dengan penuh penghayatan layaknya suporter bola bernyanyi lantang..

"Iwak peyek.. iwak peyek.. iwak peyek.. nasi sambal.. sampek elek.. sampek tuwek.. sampek matek.. nglatih Arsenal.."

- In Arsene We Trust -


Ditulis saat nonton latihan Persis Solo dan "sedikit" terilhami oleh aksi pelatih kiper Persis yang terlihat berjalan dari lorong menuju lapangan sambil bersenandung lagu "iwak peyek" - 19 Maret 2012 - 

Senin, 12 Maret 2012

Menempatkan Kesempatan

Teman saya terlihat kesal bukan kepalang, merutuki diri di sepanjang perjalanan pulang,
dalam rentetan penyesalannya ia tak henti-henti mengomel dan menghakimi dirinya sendiri

"ah kamp*** tadi gue emang udah ada didepannya tapi masih rame banget, trus gue nunggu sepian dikit tapi dia malah keburu masuk bus, dan gue akhirnya nggak dapet apa-apa"
kata teman saya itu dengan nada kecewa dan muka masam.

Ceritanya teman saya itu baru kehilangan kesempatan emas untuk dapat tanda tangan dan foto saat bertemu tokoh idolanya.

Sebuah kesempatan yang sudah ia dapatkan sedemikian rupa akhirnya malah tak menghasilkan apapun..
karena ia terlalu percaya pada rencana yang menurut dia lebih bagus, namun ia menyepelekan yang namanya waktu, menunggu terlalu lama hingga timing-nya menjadi tidak tepat dan akhirnya berujung nihil.

Dalam dunia sepakbola kejadian seperti itu lumrah terjadi, sebagaimana kita lihat hal tersebut bahkan bisa dikatakan berlaku pada siapa saja, skill pemain tidak berpengaruh, sebut saja Messi, Ronaldo, Van Persie.. sampai Andik Vermansyah-pun pasti pernah mengalaminya. Mempunyai peluang emas mencetak gol, tapi entah karena punya niatan tertentu, terlalu pede atau apa, bola yang seharusnya tinggal dicocor langsung ke gawang malah masih digiring meliuk-liuk hingga akhirnya saat ditendang bola malah meleset dari gawang, atau bahkan kemudian bisa diantisipasi bek lawan. tidak jadi berbuah gol..

Dalam suatu hal, kita dituntut untuk bertindak hati-hati, tidak gegabah, ojo sembrono, jangan buru-buru,
dan mengambil setiap kesempatan yang kita terima berjalan sesuai dengan rencana kita yang cemerlang agar hasil yang kita dapatkan bisa lebih memuaskan dan indah.
Tapi sadarkah, sering karna kepedeean kita akan segala rencana itu kita malah jadi lupa akan waktu yang membatasi kita dengan kesempatan-kesempatan yang menghampiri kita. Padahal hampir semua waktu yang kita miliki itu terbatas dan ketika kita lengah sedikit, maka tidak mustahil kita akan kehilangan timing yang tepat. Memang ada kalanya rencana kita untuk tidak buru-buru juga bisa berhasil, tapi pastilah akan timbul penyesalan jika ternyata rencana kita itu malah membikin buyar suatu kesempatan. Terkadang untuk beberapa hal kita memang mesti bertindak cepat, tanpa pikir panjang dan mengesampingkan segala rencana-rencana indah yang terbersit di otak kita sebelumnya, dengan cara langsung melakukan eksekusi pada tiap kesempatan yang kita terima.

------------------------------------------------------

Di sepanjang perjalanan saya hanya bisa terdiam dalam riuh rendah rutukan teman saya..hingga sampai kami berpisah-pun saya masih melihat wajahnya yang memuram..

Tapi melalui tulisan ini saya ingin ia bersabar menunggu kesempatan datang kepadanya lain waktu...
dan hei bukankah sang legenda itu masih ada disini sobat? jemput kesempatan itu dan layaknya striker yang haus gol, tak usah bertele-tele, bertindaklah oportunis dan bengis ketika bola sudah berada di depan sang gawang. just shoot.. and goalll!!!! hehehe..

Selasa, 06 Maret 2012

Berkaca Pada Diri Kita

Hari itu suasana stadion begitu megah....
warna merah kumpulan manusia begitu terlihat padat memenuhi tribun stadion..
tak sampai disitu.. 4 tribun yang sedianya tergelar terpisahpun seolah sanggup melakukan peran masing-masing
tanpa harus bersinggungan satu sama lain...

Sadarkah kita dalam megah dan kompaknya sajian orkestra sepakbola tersebut
sang pemeran utama Pasoepati itu sendiri, ternyata terdiri dari bermacam-macam karakter,
Datang dari berbagai penjuru selatan, utara, timur, dan barat
Ada yang kalem, ada yang keras
Ada yang sudah matang, ada yang masih junior
Tapi dari semua perbedaan itu lihatlah saat kita semua berada di dalam stadion..
Adakah perpecahan cuma karena penonton di tribun lain tak melakukan seperti apa yang kita lakukan..
Kalaupun sempat ada sedikit insiden tak pernah kita perpanjang masalah karena kita selalu tahu ada hal yang lebih utama yaitu mendukung klub kebanggaan kita.. satu Pasoepati satu.. menjadi slogan yang selalu tertanam dalam hati.. bahwasanya  watak dan karakter setiap Pasoepati memang berbeda.. namun ada satu akar yang selalu mampu menyatukan kita.. yang menyadarkan kita bahwa kita semua sama.. berdarah dan berjiwa satu Pasoepati..
-----------------------------------------------------------------------------------

9 Februari 2000 - 9 Februari 2012

Selamat ulang tahun ke-12 badai merahku...
Marilah kita tunjukkan apa yang terjadi dalam diri kita juga bisa terjadi di Indonesia..
Layaknya satu Indonesia satu
maka biarkanlah sang merah putih menjadi tujuan
perdamaian menjadi dirijen
dan rasa persaudaraan jadi pengikat erat kebersamaan

Pasoepati berikanlah kado terindah untuk dirimu sendiri sebagai suporter cinta damai
Masa depan api persatuan seluruh suporter sepakbola Indonesia yang tak lagi terkotak-kotak itu ada.. dan dari Solo, Pasoepati siap menjadi penyulut api pertama yang terus akan menjalar ke seantero negeri.
tidak mudah memang tapi bukanlah suatu yang mustahil..



Dan nanti ketika rasa putus asa dan keraguan itu kembali muncul, harapan akan selalu ada..
jika kita menengok dalam diri kita, menengok pada Pasoepati!!



Ditulis pada:
4-11-2011 untuk ulang tahun Pasoepati dan perdamaian suporter Indonesia (niko a)