Jumat, 28 Oktober 2011

Tentang Makhluk Peliharaan


             Ayah saya suka sekali memelihara makhluk hidup, entah itu hewan atau tumbuhan, tercatat ikan dan burung telah sejak lama menghuni rumah kami, pun bermacam jenis tumbuhan nampak tumbuh segar menghiasi setiap sudut rumah kami yang sebenarnya kini sudah tidak mempunyai halaman yang berjengkal tanah. Dahulu sewaktu saya masih kanak-kanak, kami memiliki pekarangan mungil nan indah di sudut rumah,  di taman tersebut tumbuh rumput segar dibentuk seperti bukit-bukit kecil dikelilingi pepohonan cemara kecil dan ditumbuhi bunga-bunga warna-warni, lucu sekali, disampingnya terdapat kandang cukup besar sebagai rumah tinggal puluhan burung perkutut yang tiap pagi berbunyi dengan kicauannya yang khas. Dulu juga saat saya masih kecil saya gemar memelihara makhluk hidup. Untuk hewan saya pernah memelihara ikan, bebek kecil, burung dara, keong dll, untuk tanaman saya pernah sukses menanam pepaya, dari kecil hingga tumbuh menjulang tinggi, dibawahnya dikasih tempat duduk dari bambu untuk santai, dan ketika si pepaya sudah menua dan mau ditebang, ibu saya lebih dulu bertanya pada saya dan saya iyakan dengan sedih yang mendalam.. lucu sekali.
                Saat saya menginjak SMP hingga beranjak dewasa ini, saya tidak lagi berminat mengurusi makhluk hidup. Beberapa bulan lalu, ayah saya meminta saya menjaga burung peliharaan ketika beliau harus bekerja ke luar kota, beliau berpesan untuk selalu memberi minum dan makan tiap hari sekali tiap pagi, pesan yang saya iyakan dan menganggap hal itu adalah pekerjaan enteng. Namun karena memang waktu itu saya tidak tertarik akan hal-hal berbau peliharaan, maka hal menggenaskan pun terjadi. Hari itu saya begitu asik nonton bola di luar kota seharian, saya lupa memberi minum si burung, hasilnya ketika malam saya pulang, kabar duka langsung menyambut kedatangan saya, si burung sukses menghembuskan nafas terakhir, tetangga saya yang ahli masalah perburungan menduga si burung tewas karena dehidrasi di tengah siang bolong. Hari itu saya begitu terpukul, betapa saya sangat menyesal kelupaan hal kecil menaruh segelas air hingga mengakibatkan satu nyawa melayang, akibatnya dua ekor burung lainnya yang syukur masih bisa tertolong, oleh ayah saya kemudian dioper ke tetangga saya tadi untuk dipelihara. Ayah saya sendiri tidak marah mengenai hal itu, untungnya setelah kejadian tersebut kini rumah kami jadi bebas dari kicauan "fals" burung-burung peliharaan ayah saya, memang benar bahwa dibalik musibah selalu saja ada hal yang indah.
                Ada lagi cerita tentang ikan peliharaan keluarga kami, dahulu kami punya ikan arwana besar yang berada di ruang tamu, cukup lama ikan tersebut melewati tahun demi tahun dengan keluarga kami, perawatannyapun cukup rumit menyangkut makanan dan air, hingga akhirnya iapun dinyatakan meninggal dengan dugaan kepanasan, memang ketika jasadnya diangkat dari aquarium, salah satu seorang saksi yaitu ibu saya mengatakan bahwa air di dalam aquarium berubah menjadi agak panas, ini mungkin saja hasil santet seseikan milik tetangga yang iri dengan ikan saya, atau semacam pembunuhan berkonspirasi, namun diduga kuat ini merupakan efek global warming, entahlah. Begitulah semenjak berpulangnya si ikan arwana, kini aquarium yang lumayan besar dan mewah itu dihibahkan kepada dua ikan yang murah meriah, lumayan buat hiasan ruang tamu, dengan biaya perawatan yang simpel.
                Akhir-akhir ini ayah saya sering pergi kerja ke luar kota, berhari-hari bahkan seminggu, dan hasilnya mandat kapten flora istilah kerennya atau pakbon (tukang kebun) istilah merakyatnya berhasil saya jabat tanpa harus melalui pemilu. Tanaman di rumah kami lumayan banyak, namun saya hanya diberi pesan simpel, menyirami tanaman sehari sekali tiap sore atau pagi hari. Awal-awal masa kerja saya memang agak menjemukan, pekerjaan ini tak ubahnya membuat usia saya langsung bertambah 20 tahun menjadi 42 tahun, bisa dibayangkan betapa tuanya saya ketika menjalani pekerjaan ini, siram menyiram berhasil saya selesaikan dengan baik namun tanpa antusiasme dan gairah, tatapan nanar saya terhadap satu tanaman ke tanaman lain membuat sang tanaman takut setengah mati ketika saya datang, padahal saya bukan mau menyakiti mereka. Minggu berganti minggu hingga gairah itu perlahan mulai muncul ke permukaan, dan membuncah tatkala secara sadar saya melihat tanaman yang saya sirami dari hari ke hari mengalami pertumbuhan, tanaman yang saya duga adalah lombok tersebut, saat pertama kali bertemu mereka masih kecil, imut, namun hari-hari ini mereka mulai beranjak remaja, betapa bahagianya saya melihat hal tersebut, rasanya tak sia-sia saya menghabisakan waktu saya sekitar setengah jam-an tiap sore guna mengairi mereka, kini saya benar-benar antusias menyirami mereka, saya akan berusaha bekerja membanting tulang guna membesarkan mereka dengan benar, sehingga kelak mereka akan menjadi tanaman yang berguna bagi saya, keluarga dan masyarakat.. hehe..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Salurkan Cemoohan Anda