Kamis, 05 September 2013

Don't Mess With the Wartong Staff


Punya warung itu enak, selain dagangan bisa dikonsumsi sendiri dengan harga yang lebih murah dan akses yang mudah, dalam satu hal warung bisa digunakan sebagai sarana untuk mengetahui pribadi sesorang, terutama para saudara dekat yang siapa lagi kalau bukan tetangga.

Setidaknya itulah yang saya alami ketika lama berkecimpung menjadi staff wartong (warung kelontong) di keluarga saya sendiri semenjak masih balita.. masih balita!!

Oke kepribadian-kepribadian tersebut adalah:

1. Tata Bicara
Ada pelanggan yang ramah dan sopan, ada yang resek dan sengak kalau kata pakde, ada yang masa bodoh dan bertipe pay and rush, ada juga yang super ramah hingga mengucapkan "matur suwun" berkali-kali sebelum benar-benar undur diri (yang ini ramah tapi njengkelin)

2. Daya Bayar
Dimana ada penjual disitu ada pelanggan, celakanya disitu pula biasanya ada pengutang. Nah kalau masalah yang satu ini keluarga kami udah kebal kayaknya. Jaman dulu sih kami punya buku khusus untuk mencatat segala macam "perbuatan dosa" para manusia tersebut, namun seiring berjalannya waktu kami capek sendiri, atau frustasi lebih tepatnya. La piye jal gali lubang tutup lubangnya bang Roma itu terbukti jitu loh, dan tambahan para pelanggan banyak yang menerapkan taktik 4-4-2 alias ngutang 4 lalu kemudian hari bayar 4 tapi sambil ngutang lagi 2!

3. Oportunis
Sebenarnya saya tidak tahu apa bahasa tepatnya, tapi karena saya suka sepakbola saya sebut saja oportunis, yaitu orang-orang yang memanfaatkan kesempatan di mulut gawang secara selfish dan membabi buta. Dan dalam kasus perwarungan mereka adalah kaum yang kalau dapat kembalian lebih akan diam seribu bahasa, tapi kalau kurang udah sampai rumah pun mereka rela kembali lagi dan menagih duit kembalian. Dalam kasus ini jangan kaget bila tetangga sebelah kita bisa jadi ternyata begitu mengerikan, saya suka mencoba taktik memberi kembalian secara kurang dan secara lebih untuk memancing keoportunisan mereka, dan yah.. beberapa masih memilih sang malaikat putih bercahaya, tak jarang pula setan merah yang dominan merasuk otaknya.

4. Loyalty
Memiliki pelanggan yang loyal itu bentuk karunia dari Tuhan, dan saya yakin para pelanggan telah menentukan pilihan masing-masing mau membelanjakan uang dimana. Warung kami punya pelanggan yang loyal, ada pula yang disloyal, tapi itu tidak menjadi masalah, karena saya pikir, itu cuma masalah selera dan mood saja... #tsaaahh..


Begitulah analisis kepribadian tetangga yang saya dapat dari hasil penelitian bertahun-tahun melalui warung sederhana keluarga kami. Bukannya mau nge-judge secara keseluruhan, tapi setidaknya saya tahulah sifat-sifat bermasyarakat mereka, mana yang tergolong licin, yang oportunis, atau yang berhati mulia.. jadi please deh tetangga.. don't mess with the wartong staff.. waspadalah.. waspadalah!!


2 komentar:

  1. benar-benar keuntungan merupakan ilmu yang tak pernah saya dapatkan di sekolah....

    oh ya, saya sedang mengikuti lomba, mohon dukungan untuk like, komentar, atau bisa share foto saya disini terima kasih

    BalasHapus
  2. he he he sama pengalamannya, yang menjengkelkan yang ngutang gak merasa ngutang padahal ada catatannya!

    BalasHapus

Salurkan Cemoohan Anda