Sabtu, 04 Januari 2014

Another Side of Tongkol #1 : Pak Nanang


Saat ini Pak Nanang mungkin tengah terduduk lunglai di kursi kecil, menghadap televisi tua yang kerap mati sendiri dalam hitungan menit, atau mungkin dia sedang duduk mengangkat kaki di bangku panjangnya dan masih terlihat bugar di jam-jam orang harusnya mengatupkan mata seperti ini, jika saya disana dia tak akan pernah sendiri, laki-laki separuh baya itu.. sungguh ada rasa iba ketika melihatnya, namun lupakan, dia adalah orang yang tegar, ya dia mungkin mengeluh tentang pekerjaannya dan terpikir untuk pensiun, namun itu hanya kamuflase atau selingan saja.

Pak Nang begitu saya kadang memanggilnya lebih banyak menyunggingkan senyum, yang tentu membuat hati orang yang melihatnya merasa "lega", Pak Nang memang suka sekali tersenyum, tak pernah juga marah-marah, kadang atau sering saya keki dibuatnya, ketika saya tinggalkan dia di masjid saat kami pulang shalat Jum'at bersama, dia bertanya sambil tersenyum, ketika kami sedang jalan-jalan dan saya tiba-tiba hilang entah kemana, pas ketemu di post dia tersenyum, pas dia ketiduran dan saya bangunkan dia hanya buka mata... lalu tersenyum, dan yang paling saya suka saat saya kembali untuk tidur di truk, lalu dia memanggilku balik ke post untuk menyaksikan siaran bola, di kejauhan dia menyambutku.. tersenyum!

Saya rasa saya menyukainya, usianya terpaut jauh denganku, namun rasa persahabatannya hangat dan mengalir seperti kami ini sebaya. Seperti teman kami saling mentraktir minuman, seperti teman kami saling bertukar pikiran, seperti teman kami saling lempar candaan, namun sebagai orang yang lebih muda sayapun selalu taruh hormat padanya, dan sebagai orang yang lebih tua Pak Nang harus sering-sering ngalah kalau saya sedang manja, kami ini teman yang kadang bisa berubah status jadi paman-keponakan.

Pak Nang bilang dia akan kembali ke kampung halaman di Pandeglang, Pak Nang bilang sebentar lagi dia akan pensiun dan pulang, taukah dia saat dia mengutarakan hal itu, ada bagian hati saya yang kecewa. Saya cuma berharap semoga saya nggak telat, saya baru sampai di tempat ini dan menemukan keasyikan yang membunuh rasa bosan karena ada dia.

Pak Nang, thanks for the kindness, ulah sieun! friends, family, forever!!!



4 komentar:

  1. masih ga ngerti apa hubungannya pa nanang sama tongkol?

    BalasHapus
  2. tongkol nama jalan/tempat di jakarta broooh. Awful place at the first sight, but somehow you'll feel like it isn't bad after all. :)

    BalasHapus
  3. yeahh..
    tongkol is the best masbro..

    BalasHapus

Salurkan Cemoohan Anda