Sabtu, 26 Januari 2013

Novel Remajah Karya Teman Sayah..


*********************
“Wah! Lihat pojok ada toko bagus!!” Kata Sivero

 “Banyak diskon!” Seru Reisha norak.

“Aku mau lihat buku sebentar.. ujar Anne yang terus jalan.

“Tapi Ne.. nanti rok yang udah kuincar ilang.. ayolah kesana bentar! “Rei mulai merengek.

“Enggak! Mana pernah sih cewek diskon kayak kamu itu lihat barang cuman bentar” Anne mulai kesal.

“Terus ngapain ditoko buku? bosen tau!” ujar Rei.

“Cari gorengan! ya baca & cari bukulah non..!!” Anne menghentikan langkahnya.

Geram melihat tingkah mereka Winna mulai angkat bicara.
“Oke! stop! kita berpencar! aku sama Anne, fei sama Rei! Nanti kita ketemuan di food court oke?”

“Aku setuju” Jawabku

“Oke yuk Fei!” Rei mulai menarikku jalan ke neraka diskon tanpa berpamitan dengan Anne atau Winna.

Sampai di toko yang serba pink temboknya, Rei langsung menuju ke Hanger deret baju bertulis Sale 35%. Dengan cekatan dia mengambil rok warna hijau pastel, model tipis jatuh motif bunga lily kecil dan bagian dalam berwarna hijau tua polos. Dia hampir saja berebutan dengan cewek berponi, rambut rebounding yang memegang rok yang sama. Rei hanya tersenyum puas dan menaikkan kedua alisnya sebagai pertanda dialah pemenangnya. Tak cukup hanya rok itu, Rei kembali ke etalase depan untuk melihat kaos Sabrina cream. Setelah menata kedua belanjaan itu, dia kembali kearahku dengan bermodal senyum tanpa dosa, dia seperti prajurit yang laporan pada komandannya bahwa tugasnya sudah selesai. Huuh.. akhirnya! Tapi ada yang aneh, dia terus saja melihat kearah belakangku dan ya Tuhan!! Dia memilih-milih bagian Jaket. Dia tampak tenggelam dalam buaian model jaket-jaket itu.

“Fei yang ini sama yang.. ini bagusan mana?” Tanyanya padaku sambil menunjukkan jaket rajut benang wool yang halus banget warna biru dan yang satu jaket setengah badan warna coklat tua dengan kerah polkadot coklat muda berdominasi putih.

Lalu spontan saja aku mengambil jaket warna hijau tua, dengan aksen putih, kerah rajut beberapa kancing di lengan dan bagian pinggang, jaket itu terkesan army, keren menurutku.
“Yang ini” ujarku.

Rei hanya tersenyum kecut, dia emang tanya pada orang yang salah. Akhirnya dengan pedenya dia bertanya pada cewek disampingnya yang terlihat gemar mode. Ajaib! mereka seketika kayak tante rumpi. Setelah melalui berbagai macam perundingan dan mungkin rumus-rumus yang tak ilmiah, Rei dengan penasehat mbak-mbak unknown tadi mengambil jaket setengah badan yang coklat tua. Belum puas juga dia menghampiri diskon sepatu. Aduh.. bener apa kata Anne, tante diskon ini menganggap mall sebagai rumah keduanya, cape deeeh..! Tapi kurasa jaket yang terkesan army yang kuambil tadi keren, kuambil itu saja. Hampir dua jam Rei muter-muter kayak gasing di satu toko itu dan akhirnya kita ke kasir. Gila aja Rei menghabiskan hampir 600 ribu untuk semua belanjaanya, sedangkan aku cuma 150 untuk 1 barang. Setelah keluar dari toko itu, aku langsung narik Rei secara paksa ke food court, walau beberapa kali dia ngerengek buat lihat-lihat di toko lain, sayangnya sesampai di food court, kami tak kebagian tempat untuk duduk. Winna yang ku telpon ternyata juga belum keluar dari toko buku.

“Terus gimana ni Fei? laper ne..” rengek Rei.

“Iya sama! aku juga, em kita turun aja yuk, keluar mall, cari makan dipinggir city walk” saranku.

“Em..” Rei tampak berpikir “Oke! yuk!”

Kami turun kelantai bawah lewat lift dan keluar mall tepat jalan didepan mall itu yang dinamakan city walk area. Sebenarnya itu cuma trotoar biasa, yang memang seperti fungsinya trotoar memang untuk pejalan kaki, tapi tetep aja ada beberapa kendaraan yang lewat disitu. Sejak diresmikan sebagai city walk daerah itu memang dikhususkan untuk pejalan kaki. Disisi sampingnya rerumputan dan pepohonan diatur lebih rapi, ditepi jalan juga banyak pedagang kaki lima yang berjualan (mungkin akan lebih oke jika para pedagang disediakan kapling (area) tersendiri). Waktu peresmian dulu Solo memecahkan Muri dengan menyediakan 1.000 nasi liwet gratis, terkadang di area tepi city walk juga juga dipakai untuk pameran batik. Pusat solo bisa dibilang memang di jalan Slamet Riyadi ini, banyak tempat makan enak, tempat nongkrong dan tempat keluarga.

Jujur aku agak kaget, karena cewek kayak Rei juga mau kuajak jajan dipinggir jalan. Kami membeli es camcau, sejenis es dawet dengan air gula jawa & santan dicampur dengan sejenis jeli warna hijau yang disebut camcau. Lalu kami duduk di rerumputan pinggir jalan. Rei tetep aja ngobrolin barang-barang diskon di Solo Grand Mall (SGM) dan meneliti kembali barang-barang belanjaannya. Lalu betapa kagetnya aku saat aku sedang ngobrol ada yang menepuk pundakku dari belakang.

“Hai.. eh kamu.. Felicita kan?” sapa cewek berambut ikal kecoklatan sebahu, kulitnya putih terawat, tingginya 160 cm. Dia sering menjadi model sampul di majalah antar sekolah dan majalah kota. Tentu saat dia berjalan akan mengundang perhatian banyak orang, karena selain cantik banget dia juga popular.

“Lyla..? kamu Lyla kan?” Sahutku kaget

“Iya.. lagi ngapain kamu disini?” tanyanya sambil melihat Rei yang kaget, mungkin karena lihat Lyla juga.

“Eh.. iya kenalin ini Reisha” kataku memperkenalkan Rei.

“Em.. anu, aku Reisha” Rei terlihat grogi.

“Di food court kami nggak kebagian tempat buat duduk, karena kelaperan jadi kami menggelandangkan diri kesini, ni aku juga masih tunggu temenku 2 lagi diatas” kataku panjang lebar.

“Wah! dari dulu gak berubah, pas SD kamu kan tukang ribut” katanya menyeringai. “Eh.. ya udah ya.. aku ada janjian ama cowokku di dalam, duluan ya..”

“Yups! silahkan”

Lyla mulai masuk ke mall setelah berpamitan denganku dan Reisha.

“Fei! gila! Lyla itu temenmu?” tanya Rei heboh.

“Iya, kenapa? dia dulu temen waktu SD, tapi pas SMP sampai sekarang kami pisahan, baru juga ketemu tadi”

“Sumpah Fei! nggak nyangka aslinya cakep banget!
jangan deket-deket dia ya?” katanya panik

“Kenapa?” tanyaku bingung.

“Kalau dia masuk kelompok kita, bisa membahayakan aku! coba deh bayangin aura kecantikanku akan tenggelam! dan pasti nanti inner beautyku juga nggak bakal muncul terusnya...”

“Tetot!!! Lihat itu Winna sama Anne dah keluar”
Kupotong kata-kata Rei sebelum dia berkicau nggak jelas.

Gak nyangka juga, buat nyari 2 buku yang cocok Anne menghabiskan 2 jam lebih di toko buku. Karena kami berempat udah mulai kelaperan akhirnya diputuskan makan di restoran milik teman Anne disekitar situ. Lumayanlah Anne menyandang predikat teman, jadi untuk pesan nasi goreng seafood bisa dapet dikon 10%, tapi tetap aja mahal buat kantong pelajar. Hiks... hiks...

* * * * * * * * * * * * *

“Guys! Hari ini pelajaran the killer Prof. Jeff kosong!!!” seru salah satu temenku bertubuh tinggi kurus bernama panggilan Jack (nama aslinya Joko Saputro). Seisi kelas jadi ramai dibuatnya dan mulai melakukan aktivitas gak jelas. Beberapa cewek ada yang ngomongin berita soal gosip artis dalam dan luar negeri, ada yang gossip temen, mode, dst. Cowok-cowokpun ada yang bikin satu cs ngomongin hal yang.. ah gak tahu! urusan cowok kayaknya! beberapa juga ada yang ke kantin. Tapi tetep aja pemegang rekor terheboh 4 cowok belakangku. Mereka kalo nggak bikin runyam dalam kelompok, pasti gangguin temen lain. Tapi whatever! aku dan yang lain udah kebal. Jadi tetep aja aku, sama 3 temenku yang lain cuek ngomong-ngomong, walau tetep juga dengan volume suara yang keras. Tapi tiba-tiba aja saat kami sedang asik ngobrol, tikus kecil putih terlempar kearah kami dari arah belakang. Seketika kami terlonjak kaget, tapi Reisha terus aja berteriak, ketahuan dia takut sama tikus. Disisi lain tikus yang ada di meja berusaha menghampirinya dan Reisha tak bisa beranjak dari tempat duduknya. Mukanya merah padam, matanya berkaca-kaca terlihat hampir menangis, dan terus saja berteriak tanda jijik. Spontan aja aku langsung berdiri dan seperti kejadian yang dulu aku hadap belakang kugebrak meja belakangku. Tawa anak belakang makin menjadi padahal saat ini aku hampir mencapai titk emosi. Anehnnya 1 orang yang merupakan boss gank dari kelompok itu tak ikut tertawa. Dia malah berdiri dengan tenang, tanpa ada sorot mata dendam seperti biasa. Dia menghampiri bangkuku yang tepat ada di 2 bangku didepannya dan sangat mengejutkan! dia mengambil tikus itu dan memasukkan ke box tanpa ada komentar apapun. Tawa 3 temennya terhenti, heran.

“Wei bro! napa nih? kesamber geledek?!!” tanya Troy yang duduk disamping Esha.

“Gak? aku lagi males berurusan dengan 4 nenek sihir itu hari ini!” katanya datar sambil menyerahkan box tikus itu pada Bayu yang ada didepannya.

Hanya ada sorot mata bingung antara 3 temennya, mereka tak mengerti begitu juga denganku dan yang lain. Emosiku reda seketika. Terus kutatap Esha, mungkin sebentar lagi dendam akan keluar lagi, tersadar terus kutatap, dia melihat ke arahku, dengan pandangan yang sama, datar.

“Kenapa?” tetap suara Esha yang kudengar, dengan tatapan mata yang sama.

Tak kujawab dengan kata, cukup kubalas dengan senyum, lalu aku kembali duduk tenang. Suasana jadi agak tenang, mungkin kami banyak membuat banyak orang bingung. kejadian itu, hanya kami yang tahu!.

***********************************************

Penggalan fiksi-nya Pus… saya disuruh ngetik'in....
Puuus… fiksimu mbiyen kie jano sido mbok lombakne ra tow… trus... menang po kalah…. opo draw.... perpanjangan waktu?? adu pinalti no??? *opo to iki..



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Salurkan Cemoohan Anda