"Apapun pekerjaanmu, lakukan dan berikan yang terbaik.. niscaya itulah yang akan memberi arti bagi kehidupan" Begitu nasihat seorang bijak.. dan benar juga... mau jadi menteri, presenter, pelatih bola, tukang bubur, tukang siomay, tukang koran, tukang kredit, tukang dokter, tukang insinyur, tukang guru.. apapun itu.. apalah artinya di mata masyarakat, bila mengerjakannya asal-asalan.. asal selesai, asal rampung, asal finished dan asal dibayar!
Tak ada artinya! kecuali hanya untuk menggugurkan kewajiban.. begitulah kira-kira yang saya tangkap dari seorang Bapak pemangkas rambut.. Seorang barber unik yang baru saya temui kali ini.. selain kocak dan suka bercanda.. nih Bapak ternyata mahir juga merangkai kata-kata bijak yang kadang sampek mak jleb di hati.
Meski kiosnya nampak tidak ramai karena lumayan baru dan terletak nyungsep di dalam kampung, namun tak menyurutkan para pelanggan setianya untuk dipotong walau rambutnya masih sak ucrit. Lumayan ngeselin juga nih Bapak pikir saya waktu pertama kali ngantre di luar.. tambah kesel karena didalam sana malah pada ngakak dan bercanda nggak jelas.. untuk dua orang pelanggan saja saya harus rela ngantri sampai selama 7 lagu peterpan! walau lumayan juga sih, kebetulan saya suka band-nya jadi masih bisa sing along di tengah ketidakpastian itu..
30 menit kemudian tiba giliran saya, waktu masuk agak terusik juga nih sama poto-poto skuad Bayern Munchen yang ditempel di dinding.. biasanya pan modelnya para lelaki yang berambut rapi itu.. la kok ini malah poster pemain bola.. ah sudahlah..mungkin dulu ini tempat main PS..
Duduklah saya di kursi kebanggaan dan segera dicover kain hijau.. "Potong apa?" tanya Bapak itu. "Cepak aja pak.. yang model tipis semuanya. kata saya ringan" Biasanya kalau tukang cukur lainnya langsung aja mulai, tapi beda nih sama yang ini.. tuh Bapak malah mundur sedikit, melihat dengan seksama bentuk wajah dan kepala saya... lalu maju lagi bilang "Nggak cocok mas... bla..bla..bla" menjelaskan potongan apa yang lebih pantes untuk saya.. persis seperti jawaban layanan dukun reg (spasi) cukur.
Karena saya orangnya ndak pedulian masalah rambut saya jawab saja "Ya sudah lah.. terserah Bapak saja" Dari situ baru mulailah sang pemangkas bekerja.. di sepanjang adegan senonoh itu sang Bapak banyak melemparkan guyonan juga kata-kata bijak.. dan tak lupa selalu memberi saran bagian rambut saya bagaimana kalau dipotong gini..gitu.. dan lainnya.. Saya seperti biasa hanya manut saja.. asal kaya Steven Gerrard deh Pak kata saya sambil menunjuk gambar kapten Liverpool di dinding kiosnya.. "Beres.." katanya.
Satu-dua-tiga dan seterusnya lagu-lagu Peterpan mengalun mengiringi keceriaan kami berdua.. tak terasa waktu berlalu sudah.. rambut saya yang berapa waktu lalu masih agak tebal berponi kini sudah tampil nyentrik.. walau bagi saya sih potongan sekeren apapun nggak ngaruh.. bisa jadi karena wajah saya ini sudah terlalu tampan.. atau terlalu jelek... jadi nggak bakalan ngaruh.
Jadi sebenernya saya tidak terlalu memujikan hasil karya tu Bapak lewat potongan rambut di kepala saya.. karena seperti biasa saya memang tidak terlalu peduli akan hal itu. Namun yang perlu digaris bawahi disini adalah proses untuk mencapai seperti itu.. Bapak pencukur tadi telah menunjukkan suatu kesungguhan dalam pekerjaannya, Beliau telah berusaha maksimal dan sungguh-sungguh akan apa yang menjadi kewajiban dalam pekerjaanya, bukan melulu asal selesai asal dibayar. Beliau memilih beda.. memilih menjadi pro.. dan dalam kasus pekerjaanya juga bisa disebut sebagai seniman. Semoga banyak orang yang bekerja dengan prinsip seperti Beliau.. apapun pekerjaan itu.. pasti dunia menjadi lebih indah... persis seperti syair lagu Gombloh "Lestari alamku..lestari desaku.. dimana Tuhanku menitipkan aku.. nyanyi bocah-bocah dikala purnama.. nyanyikan pujaan untuk Nusa."
Tak ada artinya! kecuali hanya untuk menggugurkan kewajiban.. begitulah kira-kira yang saya tangkap dari seorang Bapak pemangkas rambut.. Seorang barber unik yang baru saya temui kali ini.. selain kocak dan suka bercanda.. nih Bapak ternyata mahir juga merangkai kata-kata bijak yang kadang sampek mak jleb di hati.
Meski kiosnya nampak tidak ramai karena lumayan baru dan terletak nyungsep di dalam kampung, namun tak menyurutkan para pelanggan setianya untuk dipotong walau rambutnya masih sak ucrit. Lumayan ngeselin juga nih Bapak pikir saya waktu pertama kali ngantre di luar.. tambah kesel karena didalam sana malah pada ngakak dan bercanda nggak jelas.. untuk dua orang pelanggan saja saya harus rela ngantri sampai selama 7 lagu peterpan! walau lumayan juga sih, kebetulan saya suka band-nya jadi masih bisa sing along di tengah ketidakpastian itu..
30 menit kemudian tiba giliran saya, waktu masuk agak terusik juga nih sama poto-poto skuad Bayern Munchen yang ditempel di dinding.. biasanya pan modelnya para lelaki yang berambut rapi itu.. la kok ini malah poster pemain bola.. ah sudahlah..mungkin dulu ini tempat main PS..
Duduklah saya di kursi kebanggaan dan segera dicover kain hijau.. "Potong apa?" tanya Bapak itu. "Cepak aja pak.. yang model tipis semuanya. kata saya ringan" Biasanya kalau tukang cukur lainnya langsung aja mulai, tapi beda nih sama yang ini.. tuh Bapak malah mundur sedikit, melihat dengan seksama bentuk wajah dan kepala saya... lalu maju lagi bilang "Nggak cocok mas... bla..bla..bla" menjelaskan potongan apa yang lebih pantes untuk saya.. persis seperti jawaban layanan dukun reg (spasi) cukur.
Karena saya orangnya ndak pedulian masalah rambut saya jawab saja "Ya sudah lah.. terserah Bapak saja" Dari situ baru mulailah sang pemangkas bekerja.. di sepanjang adegan senonoh itu sang Bapak banyak melemparkan guyonan juga kata-kata bijak.. dan tak lupa selalu memberi saran bagian rambut saya bagaimana kalau dipotong gini..gitu.. dan lainnya.. Saya seperti biasa hanya manut saja.. asal kaya Steven Gerrard deh Pak kata saya sambil menunjuk gambar kapten Liverpool di dinding kiosnya.. "Beres.." katanya.
Satu-dua-tiga dan seterusnya lagu-lagu Peterpan mengalun mengiringi keceriaan kami berdua.. tak terasa waktu berlalu sudah.. rambut saya yang berapa waktu lalu masih agak tebal berponi kini sudah tampil nyentrik.. walau bagi saya sih potongan sekeren apapun nggak ngaruh.. bisa jadi karena wajah saya ini sudah terlalu tampan.. atau terlalu jelek... jadi nggak bakalan ngaruh.
Jadi sebenernya saya tidak terlalu memujikan hasil karya tu Bapak lewat potongan rambut di kepala saya.. karena seperti biasa saya memang tidak terlalu peduli akan hal itu. Namun yang perlu digaris bawahi disini adalah proses untuk mencapai seperti itu.. Bapak pencukur tadi telah menunjukkan suatu kesungguhan dalam pekerjaannya, Beliau telah berusaha maksimal dan sungguh-sungguh akan apa yang menjadi kewajiban dalam pekerjaanya, bukan melulu asal selesai asal dibayar. Beliau memilih beda.. memilih menjadi pro.. dan dalam kasus pekerjaanya juga bisa disebut sebagai seniman. Semoga banyak orang yang bekerja dengan prinsip seperti Beliau.. apapun pekerjaan itu.. pasti dunia menjadi lebih indah... persis seperti syair lagu Gombloh "Lestari alamku..lestari desaku.. dimana Tuhanku menitipkan aku.. nyanyi bocah-bocah dikala purnama.. nyanyikan pujaan untuk Nusa."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Salurkan Cemoohan Anda