Mendukung perjuangan klub lokal solo saat berlaga di kandang lawan memang memiliki berbagai manfaat, selain tujuan utama yaitu membangkitkan semangat juang para pemain pujaan saat berlaga tandang, ada satu lagi manfaat yang saat ini terlihat seperti kurang diperhatikan oleh sebagian besar kawan Pasoepati, yaitu misi mengharumkan nama kota Solo kepada kota-kota yang dilalui rombongan badai merah Pasoepati saat tur tandang terutama tur jarak dekat yang biasanya sampai diikuti ribuan orang seperti tur daerah Semarang-Jogjakarta.
Dalam kurun waktu satu setengah tahun ini saja sebenarnya Pasoepati punya banyak kesempatan ketika berkali-kali melawat ke Semarang serta satu tur maguwo dan magelang baik mendukung Persis atau Solo FC. Namun kenyataannya dari hampir semua tur yang saya ikuti tersebut, saya merasa kurang puas, iya jadi yang saya dapat cuma hal utama yaitu mendukung tim, misi lain membawa nama baik Solo tidak terlihat, bahkan misi silaturahmi dengan suporter lain malah sempat terganggu, catatan: saat di Semarang (Persis) kontra suporter kudus, di Magelang (Persis) kontra Simolodro, Sleman (Solo FC) kontra royal guard, dan Semarang (Solo FC) kontra bonek. Memang semua itu bukan sepenuhnya salah Pasoepati, namun jika mau berlapang dada, sebenarnya hal itu tetap harus jadi bahan introspeksi diri bagi Pasoepati, bahwa kini yang tersisa dari kita tinggal loyalitas tanpa dibarengi dengan kuantitas dan kualitas dari kreativitas yang dulu selalu melekat di diri Pasoepati. Kita masih beruntung terselamatkan oleh dua tur besar ke jatim, Surabaya dan Bojonegoro yang berjalan sukses, namun tetap saja kreativitas di dua tur tersebut masih terlihat minim.
Saya pribadi selama ini hanya bisa mendengar indahnya tur Pasoepati jaman dulu Surabaya-Jogja dengan segudang kreativitas yang kemudian juga melambungkan nama kota Solo, namun sayangnya semua itu terjadi saat saya masih kecil, kini setelah dewasa saya kecewa karena tur yang saya ikuti tak seindah cerita masa lalu tersebut, saya rindu kretaivitas Pasoepati apapun walau hanya sekedar melambaikan tangan-syal kepada orang-orang yang rela berada di depan rumah mereka demi melihat rombongan badai merah lewat. Yang pasti dari situ keyakinan saya mengatakan gaung kreativitas Pasoepati itu belum sepenuhnya terlupakan orang, yang saya harap kemudian dari diri saya dan kawan lain sebagai Pasoepati adalah menjaga gaung positif masa lalu untuk kembali menyala dan kembali dirasakan oleh siapapun yang dilewatinya.. Karena Pasoepati bukan sekedar suporter bola, tapi lebih dari itu Pasoepati merupakan cerminan kota Solo yang terkenal ramah, sopan dan mendamaikan. Sekian.
Ditulis pada Jum'at, 4 November 2011
(Niko. A)
setuju kak...
BalasHapusSemoga pasoepati lbh dewasa.